|
|
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep kalimat efektif dalam
hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap
kalimat terlibat dalam proses penyampain dan penerimaan. Apa yang disampaikan
dan yang diterima itu mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian atu
informasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan
penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Kalimat yang efektif mampu membuat
isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima
(pembaca), persis seperti apa yang disampaikan.
Perlu diketahui bahwa kalimat
dapat dilihat dari beberapa segi. Ditilik dari funsinya, kalimat adalah alat
komunikasi. Jika dilihat dari segi bentuk dan proses terjadinya, kalimat
membentuk suatu struktur atau pola yang terdiri dari unsure-unsur yang teratur.
Kalimat yang polanya salah menurut tata bahasa, jelas tidak efektif. Namun,
kalimat yang menurut tatabahasa betul polanya juga belum tentu efektif. Terang
bahwa kalimat efektif memerlukan beberapa persyaratan lagi di samping
persyaratan structural. Selain polanya harus benar, kalimat itu harus pula
punya tenaga yang menarik, dan didalam karya tulis membentuk kerja sama lewat
system yang bervariasi. Tenaga yang menarik serta kerja sama yang bervariasi itulah
yang memungkinkan proses penyampain dan penerimaan tadi berlansung dengan lebih
sempurna.
BAB II
A. Pengertian
1. Kalimat
Kalimat
adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; Dari
segi liuistik kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas
klausa (KBBI, 2002 : 494).
Kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa; Kalusa
bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan
satu klausa atau merupakan gabungan klausa, yang membentuk satuan yang bebas;
jawaban minimal, seruan, salam, dsb; Kontruksi gramatikal yang terdiri atas
satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri
sendiri sebagai satu satuan (Harimurti Kridalaksana, 2008 : 103).
2. Kalimat Efektif
Andayani
menjelaskan pengertian kalimat efektif sebagai berikut :
a. Adalah kalimat yang benar dan jelas dan
dengan mudah dipahami orang lain.
c. Disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya
d. Pembaca memahami apa yang disampaikan
e. Kalimat yang tepat mewakili gagasan atau
perasaan penyampai pesan dan sanggup memberikan gambaran yang sama tepatnya
pada pembaca atau pendengar.
f. Kalimat yang disusun dengan sadar dan
sengaja untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik.
g. Jenis kalimat yang dapat memberikan efek
tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan di sini adalah kejelasan
informasi”.
h. “Kalimat efektif tidak menggunakan
kata-kata mubazir, tetapi juga tidak kekurangan kata.
i. Kalimat efektif menggunakan pengertian
yang logis sejalan dengan nalar yang tepat”
Sedangkan
E. Kosasih menyatakan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat : (1) Secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya;
(2) Menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta
dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis
/pembicara.
Sedangkan
rasional kalimat efektif adalah kalimat yang harus mencakup syarat kelengkapan
unsur sebuah kalimat karena sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh
sebab itu sebuah kalimat harus memiliki paling tidak subjek dan predikat.
Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan
(EYD). Dalam membentuk sebuah kalimat yang efektif harus menggunakan kata-kata
yang dipilih dengan tepat agar kalimat menjadi jelas maknanya.
Sebelum
dapat membuat atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi efektif, kita perlu
mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari pembicara atau penulis
kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian
informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau
pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan. Lawan bicara atau
pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap kalimat
atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau tuturan
tersebut.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya seacara
tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak
tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa
maksud yang diucapkan ata yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. SebaliknYa, unsur-unsur yang seharusnya tidak
ada tidak perlu di munculkan.
Kelengkapan
dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Dalam hal
ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat
berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu
dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya.
Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih
efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa
saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?”
Sebelum
kita membuat sebuah kalimat efektif maka kita harus terlebih dahulu mengetahui
ciri-ciri kalimat efektif.
B. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Berikut
adalah ciri-ciri kalimat efektif menurut pendapat beberapa ahli kebahasaan :
1. Menurut Sabarti Akhadiah kalimat efektif harus memiliki :
a. kesepadanan dan kesatuan;
b. kesejajaran bentuk;
c. penekanan;
d. kehematan dalam mempergunakan kata;
e. kevariasian dalam struktur
2. Gorys Keraf menyatakan
ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut :
a. kesatuan gagasan;
b. koherensi yang baik dan kompak;
c. penekanan;
d. variasi;
e. paralelisme;
f. penalaran atau logika. Pada dasarnya, penalaran
(logika) dapat menjadi bagian dari paralelisme makna.
3. Menurut Parera ciri-cirinya adalah :
a. kesepadanan dan kesatuan;
b. keparalelan atau paralisme;
c. ketegasan;
d. kehematan;
e. kevariasian.
4. Martaya Menyatakan
ciri-ciri kalimat efektif lebih banyak dari pendapat yang lain, yaitu :
a. mengandung kesatuan gagasan,
b. mewujudkan koherensi yang baik dan kompak,
c. memperhatikan paralelisme,
d. merupakan komunikasi yang berharkat,
e. diwarnai kehematan,
f. ejaan yang disempurnakan,
g. didukung variasi,
h. didasarkan pada pilihan kata yang baik.
Dari semua
pendapat ahli bahasa tentang kalimat efektif dapat dijelaskan persamaan
pendapat tentang kalimat efektif yaitu :
a. Kesatuan gagasan
Kalimat
efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok (satu pengertian
lengkap). Kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek,
predikat dan fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan membentuk
kesatuan tunggal. Dengan demikian, kalimat haruslah mengandung unsur subjek dan
predikat sebagai unsur inti sebuah kalimat. Kehadiran unsur-unsur lain (objek,
pelengkap, ataupun keterangan) hanyalah sebagai tambahan bagi unsur inti.
Contoh :
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu
keselamatan umum.
Kalimat ini
tidak memiliki kelengkapan fungsi. Dengan demikian kalimat tersebut bukanlah
kalimat efektif karena tidak memiliki kesatuan gagasan. Kita bisa melihat bahwa
didalam kalimat tersebut tidak memiliki subjek, tapi hanya terdiri dari
ktererangan,predikat, dan pelengkap. Misalnya, di dalam keputusan itu
(keterangan), merupakan (predikat), kebijaksanaan yang dapat membantu
keselamatan umum (pelengkap). Agar kalimat tersebut bisa menjadi kalimat
efektif, maka fungsi subjek harus dihadirkan dengan cara menghilangkan kata di
dalam.
Dengan
demikian kalimat menjadi :
Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Andayani,
2009, membahas kesatuan gagasan dalam
kalimat efektif sebagai berikut :
a. Setiap kalimat yang baik harus jelas
memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok
b. Apabila dua kesatuan yang tidak mempunyai
hubungan disatukan, maka akan hilang kesatuan pikiran tersebut
c. Kesatuan gagasan bisa terbentuk dari dua
gagasan pokok atau lebih.
d. Sebuah kesatuan gagasan secara praktis
diwakili oleh subjek, Predikat, dan bisa juga ditambah objek.
e. Kesatuan tersebut dapat berbentuk kesatuan
tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung
pertentangan.
Kalimat
efektif harus memperlihatkan kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok.
Sebuah kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan apabila subjek, predikat,
dan unsur-unsur lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal. (E.
Kosasih, 2002 : 199)
Perhatikan contoh berikut ini:
Di dalam keputusan ini merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu
keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki
kesatuan karena tidak didukung oleh kehadiran subjek. Unsur di dalam keputusan ini bukanlah subjek melainkan keterangan. Ciri
bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam harus dihilangkan.
Dengan demikian, kalimat itu
menjadi :
Keputusan ini merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
b. Kesejajaran (paralel)
Kalimat
efektif harus memiliki kesejajaran (keparalelan). Yang dimaksud dengan
kesejajaran adalah penggunaan bentukan kata atau frasa berimbuhan yang memiliki
kesamaan (kesejajaran) baik dalam fungsi maupun bentuknya. Jika bagian kalimat
itu menggunakan verba berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan
di- lagi. Jika bagian kalimat itu menggunakan verba berimbuhan meng-, bagian
kalimat yang lainnya pun harus menggunakan meng- lagi. Begitu pula dengan verba
berimbuhan yang lainnya juga harus mengikuti kaidah tersebut di atas. Satu
bagian kalimat berupa verba aktif, bagian kalimat yang lain juga harus berupa
verba aktif. Demikian pula halnya jika satu bagian merupakan verba pasif,
bagian lainnya pun harus merupakan verba pasif.
1) Kesejajaran bentuk
Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan
keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan,
kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis
sehingga mudah dipahami. Bentuk
kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu
tidak serasi.
Contoh :
Buku itu telah lama dicari, tetapi Dodi belum menemukannya.
Kalimat di
atas tidak sejajar karena menggunakan bentuk kata kerja pasif (dicari) yang dikontraskan dengan bentuk
aktif (menemukan). Agar sejajar,
kedua bagian kalimat tersebut harus menggunakan bentuk pasif semuanya atau
bentuk aktif semuanya.
Kalimat
yang tepat adalah sebagai berikut:
Buku itu telah dicari, tetapi belum ditemukan Dodi.
Dodi telah lama mencari buku itu, tetapi belum menemukannya.
2) Kesejajaran makna
Unsur lain
yang harus diperhatikan dalam pemakaian suatu bahasa adalah segi penalaran atau
logika. Kesejajaran makna ini berkaitan erat dengan penalaran. Penalaran dalam
sebuah kalimat merupakan masalah yang mendasari penataan gagasan. Penalaran
sangat berhubungan dengan jalan pikiran. Jalan pikiran penulis turut menentukan
baik tidaknya kalimat yang dibuat, mudah tidaknya kalimat tersebut dipahami
sesuai pemikiran penulis.
3) Ciri-ciri kesejajaran
(1)
Terdapat
subjek dan predikat yang jelas
Contoh :
Bagi semua mahasiswa harus
membayar uang kuliah.
Kata bagi seharusnya
dihilangkan, karena menimbulkan ketidakjelasan subjek.
Seharusnya :
Semua mahasiswa harus membayar uang kuliah.
Kejelasan subjek dan predikat
dapat dilakukan dengan menghindarkan kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut.
(2)
Tidak
terdapat subjek ganda
Contoh:
Soal itu saya kurang jelas.
Kalimat tersebut mempunyai
subyek ganda, yaitu soal itu dan saya. Kalimat tersebut dapat
diperbaiki dengan cara menambah bagi diantaranya soal itu dan saya.
Seharusnya :
Soal itu bagi saya kurang
jelas. (Andayani, 2009)
Sedangkan
E. Kosasih menyatakan bahwa kesejajaran adalah penggunaan bentukan kata atau
frase imbuhan yang memiliki kesamaan, baik dalam fungsi maupun bentuknya. Jika
bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di- , bagian kalimat lainnya pun harus mengunakan di- pula.
Contoh :
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak efektif
karena tidak memiliki kesejajaran predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan
predikat aktif, yakni menggunakan
imbuhan me- (p), sedangkan
yang satu nlagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah
menjadi :
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
c. Kehematan
Kehematan
dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau
bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan ini menyangkut soal
gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan
atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Penulis
kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat.
Kalimat
efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Setiap kata
haruslah memiliki fungsi yang jelas. Penggunaan kata-kata yang berlebihan
justru akan memperlemah dan mengaburkan maksud kalimat tersebut (E. Kosasih,
2002 :200).
Contoh:
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian
kata bunga-bunga dalam kalimat diatas
tidak perlu. Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata
yang tidak perlu. Setiap kata haruslah memiliki fungsi yang jelas dan tidak
boleh menggunakan kata yang berlebihan. Penggunaan kata yang berlebihan justru
akan mengaburkan dan memperlemah maksud kalimat itu.
Contoh: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat diatas tidak perlu,karena dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.
Contoh: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat diatas tidak perlu,karena dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Dalam
menghemat pengunaan kata dalam kalimat adalah dengan cara :
1) Hiponimi
Dalam
bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih
tinggi. Di dalam makna kata terkandung
makna dasar kelompok makna
kata yang bersangkutan.
Kata merah
sudah mengandung makna kelompok warna.
2) Pemakaian kata depan ”dari” dan ”daripada”.
Dalam
bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada,
selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia
dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) dan asal (asal-usul).
3) Penghilangan subjek ganda
Kalimat
majemuk yang anak kalimat dan induk kalimatnya memiliki subyek sama dapat
dihilangkan salah satunya.
Contoh :
Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani
lebih dahulu. (Tidak
Tepat)
Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani lebih dahulu. (Tepat)
d. Penekanan
Bagian
kalimat yang dipentingkan perlu ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Kalimat efektif harus diberi penekanan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
memberi penekanan itu adalah sebagai berikut :
1. Mengubah posisi dalam kalimat
Cara ini
dilakukan dengan meletakkan bagian penting di depan kalimat.
Contoh :
a.
Harapan kami adalah agar soal ini dapat
kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
b.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita
dapat membicarakan lagi soal ini.
c.
Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada
kesempatan lain.
2. Menggunakan
partikel
Penekanan
pada bagian ini dapat menggunakan partikel –lah,
-pun, dan –kah.
Contoh :
1)
Saudaralah yang harus bertangung jawab dalam
soal itu
2)
Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3)
Bisakah dia menyelesaikannya?
2. Menggunakan repetisi
Yaitu
dengan cara menulang-ulang kata yang dianggap penting
Contoh :
Dalam membina hubungan antara
suami istri, antara guru dan murid, antara
orang tua dan anak, antara
pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami
antara satu dan yang lainnya.
4. Menggunakan Pertentangan
Dengan
cara menggunakan kata-kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
a.
Anak itu tidak malas, tetapi rajin
b. Ia
tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial tetapi total dan menyeluruh.
e. Kelogisan
Kalimat
efektif harus mudah dipahami. Unsur-unsur pembentuknya harus memiliki hubungan
yang logis atau dapat diterima oleh akal sehat. Susunan kalimat dianggap logis
apabila kalimat itu mengandung makna yang bisa diterima akal dan bermakna
sesuai dengan kaidah-kaidah nalar secara umum.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini
tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang
tidaka dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah menjadi:
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Agar kita
tidak mendapatkan stempel seperti tersebut di atas, pada kesempatan ini penulis
ingin menyoroti berbagai kesalahan berbahasa, khususnya tentang
ketidakefektifan kalimat. Hal ini menjadi penting karena kalimat yang tidak
efektif akan berpengaruh pada keakuratan informasi yang akan kita sampaikan
atau kita cerap. Dengan mengetahui kesalahannya kita mencoba untuk membenahinya
sedikit demi sedikit. Perhatikan contoh di bawah ini.
(1) Di dalam keputusan itu merupakan
kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
(2) Bagi
yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru.
(3) Dalam
pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak.
(4) Kakak
menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(5) Dia
sedang belajar matematika di kamar kemudian dijawabnya semua soal latihan itu.
(6) Ayahnya
mengajar Bahasa Indonesia di SMA Negeri 11 Surakarta.
(7) Atas perhatiannya,
saya ucapkan terima kasih.
(8) Waktu
dan tempat saya persilakan.
(9) Untuk
mempersingkat waktu, .......
(10) Bunga-bunga
mawar, melati, dan kenanga sangat disukainya.
(11) Apel,
mangga, dan durian adalah buah-buahan yang sangat enak.
(12) Silakan
Saudara maju ke depan!
(13) Bajunya
berwarna merah.
(14) Jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh,
maka kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.
(15) Meskipun
hidupnya menderita, akan tetapi ia tidak pernah mengeluh.
Sebelum
kita bahas kalimat tersebut di atas satu per satu, terlebih dahulu kita harus
memahami bagaimana menggunakan kalimat efektif itu. Ada beberapa hal untuk
menentukan apakah suatu kalimat bisa dikatakan sebagai kalimat efektif atau
bukan.
Setelah
kita mengetahui beberapa prinsip pembentukan kalimat efektif, ada baiknya kita
mulai memahami mengapa kalimat nomor 1 sampai dengan nomor 15 bukan merupakan
kalimat efektif.
(1) Di dalam
keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
(2) Bagi
yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru.
(3) Dalam
pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak.
Kalimat (1)
s.d (3) di atas tidak memiliki kelengkapan fungsi kalimat. Jika kita analisis,
kalimat (1) di dalam keputusan itu
(keterangan), merupakan (predikat), kebijaksanaan yang dapat membantu
keselamatan umum (pelengkap). Dengan demikian kalimat ini bukanlah kalimat
yang efektif karena tidak memiliki kesatuan gagasan. Fungsi subjek tidak hadir
dalam kalimat (1) ini. Agar menjadi kalimat efektif, fungsi subjek harus
dihadirkan dengan cara menghilangkan kata di dalam.
Dengan
demikian kalimat (1) menjadi (1a) Keputusan
itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Demikian
pula untuk kalimat (2) dan (3), fungsi subjek harus dihadirkan dengan cara
menghilangkan kata bagi untuk kalimat (2), dan kata dalam untuk kalimat (3),
sehingga kalimat tersebut akan menjadi
(2a) Yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru. (3a) Pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak.
(2a) Yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru. (3a) Pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak.
Dari
pembahasan tersebut di atas jelaslah bahwa menggunakan kalimat efektif harus
memperhatikan kelengkapan fungsi-fungsi kalimatnya. Paling tidak, fungsi subjek
dan predikat dalam sebuah kalimat harus dihadirkan. Fungsi subjek dan predikat
merupakan unsur inti sebuah kalimat.
Perhatikan
kembali kalimat (4), (5), dan (6) di atas. Sepintas kalimat tersebut tidak ada
permasalahan. Namun, apabila kita cermati ternyata kalimat-kalimat tersebut
tidak memiliki kesejajaran antarunsur pembentuknya. Dalam kalimat (4) verba menolong merupakan verba aktif berafiks meng-, sedangkan dipapahnya merupakan
verba pasif berafiks di-. Begitu pula
dengan kalimat (5), verba belajar
merupakan verba aktif berafiks ber-
sedangkan verba dijawabnya merupakan
verba pasif berafiks di-. Verba
pertama dan kedua dalam kalimat di atas tidak sejajar. Agar kalimat (4) dan (5)
tersebut efektif, bentuk verbanya harus diubah sehingga menjadi verba yang
sejajar. Verba tersebut boleh dijadikan verba aktif maupun pasif. Dengan
demikian, kalimat (4) dan (5) akan menjadi (4a) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (4b) Anak itu ditolong (oleh) kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (5a) Dia sedang belajar matematika di kamar
kemudian menjawab semua soal latihan itu. (5b) Matematika sedang dipelajarinya di kamar kemudian dijawabnya semua soal
itu.
Sekarang
kita perhatikan kalimat (6), (7), (8), dan (9). Kalimat-kalimat tersebut
sepintas tidak bermasalah. Namun, apabila kita perhatikan ternyata
kalimat-kalimat ini tidak bisa diterima oleh akal sehat (tidak masuk akal).
Pada kalimat (6), Bahasa Indonesia
bukanlah benda hidup yang bisa diajar. Kalimat (7) juga tidak jauh berbeda.
Dalam menulis surat kita berhadapan dengan orang yang akan membaca surat
tersebut. Artinya kita berhadapan dengan orang kedua. Namun, kalimat (7)
ternyata menggunakan kata ganti orang ketiga nya (dia) yang notabene tidak hadir dalam komunikasi tersebut.
Alangkah konyolnya jika kita berbicara dengan orang kedua tetapi menggunakan
bentuk orang ketiga. Demikian pula untuk kalimat (8). Siapa yang dipersilakan?
Orang atau waktu dan tempat? Tentu saja yang dimaksudkan adalah orangnya bukan
waktu dan tempatnya. Dari sudut pandang ini saja kalimat (8) tidak bisa
dikatakan sebagai kalimat yang masuk akal. Hal itu juga terjadi pada kalimat
(9). Siapa yang bisa mempersingkat waktu? Kita semua diberi waktu yang sama
dalam sehari, yaitu 24 jam. Kalimat ini perlu diubah agar maknanya menjadi jelas.
Dengan
demikian kalimat (6), (7), (8), dan (9) seharusnya diubah menjadi :(6a) Ayahnya mengajarkan Bahasa Indonesia di SMA
Negeri 11 Surakarta. (7a) Atas
perhatian Anda/ Saudara/ Bapak/ Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Perlu
diperhatikan untuk kalimat (7a), pemakaian kata ucapkan digunakan ketika kita
sedang berkomunikasi secara lisan. Tetapi, jika dalam bahasa tulis kita gunakan
kata sampaikan. Mengapa demikian, karena bahasa tulis tidak bisa berucap. Yang
bisa berucap adalah ketika kita berbahasa lisan. (8a) Yang terhormat … saya/ kami persilakan.
(9a) Agar pembicaraan kita tidak terlalu lama ….
(9a) Agar pembicaraan kita tidak terlalu lama ….
Sekarang
kita perhatikan kalimat (10) s.d. (14). Penggunaan bentuk ulang pada kalimat
(10) bunga-bunga dan (11) buah-buahan tidak efektif karena
pemeriannya sudah menyatakan majemuk sehingga seharusnya kita tidak menggunakan
bentuk ulang. Kalimat (12) juga tidak efektif. Penggunaan frasa maju ke depan
dalam kalimat ini seharusnya tidak berlebihan seperti itu. Bukankah maju selalu
ke depan? Contoh lain yang seperti ini misalnya: mundur ke belakang, naik ke atas, turun ke bawah. Kalimat (13) juga
mengandung kata yang tidak hemat pengunaannya. Merah sudah menyatakan suatu warna sehingga pemakaian kata warna
seharusnya dihindari jika kita ingin menyebutkan suatu warna. Ketidakefektifan
kalimat (14) dan (15) tampak pada pengunaan konjungsi yang berlebihan.
Penggunaan
konjungsi jika … maka, atau meskipun …
akan tetapi tidak hemat. Seharusnya jika kita sudah menggunakan konjungsi
jika untuk digunakan dalam suatu klausa, kita tidak perlu menambah dengan kata
maka untuk dirangkaikan dengan klausa berikutnya. Demikian pula dengan
konjungsi meskipun … akan tetapi ….
Dengan demikian kalimat (10) s.d. (15) seharusnya diubah menjadi (10a) Bunga mawar, melati, dan kenanga sangat
disukainya. (11a) Apel, mangga, dan
durian adalah buah yang sangat enak. (12a) Silakan Saudara maju! (13a) Bajunya
merah. (14a) Jika kita berusaha
dengan sungguh-sungguh, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal. (14b) Kita akan mendapatkan hasil yang maksimal
jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh. (15a) Meskipun hidupnya menderita, ia tidak pernah mengeluh. (15b) Ia tidak pernah mengeluh meskipun hidupnya
menderita.
Perhatikan
kalimat (14a) dan (14b), (15a) dan (15b) di atas. Jika anak kalimat mendahului
induk kalimat, diberi tanda koma (,) di antaranya. Tetapi, jika induk kalimat
berada di depan, tidak perlu diberi tanda koma (,). Masih banyak contoh lain
yang seperti ini. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan
konjungsi-konjungsi semacam ini.
Berikut ini
akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan
serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif :
1. Penggunaan dua kata
yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
-
Sejak dari usia delapan tauh ia telah
ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
- Hal itu
disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat
mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
2. Penggunaan kata
berlebih yang ‘mengganggu’ struktur
kalimat :
- Menurut
berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. /
Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)
- Kepada yang bersalah harus
dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan
yang kacau :
- Yang meminjam buku di
perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar
tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
4. Kalimat tak selesai :
- Manusia
yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)
- Rumah
yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5. Penggunaan kata
dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
- Kita
harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis
dengan itu antara lain menyolok, menyuci,
menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik,
menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya
mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik,
mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.
-
Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide
cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan
ide-ide cemerlang.)
- Gereja itu dilola oleh para
rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)
6. Penggunaan tidak
tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
-
Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya
sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
-
Rumah sakit di mana orang-orang mencari
kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
7. Penggunaan kata
‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya
pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
- Seorang pun tidak ada yang
bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob
berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)
8. Pilihan kata
yang tidak tepat :
-
Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono
menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk
berbincang-bincang dengan masyarakat.)
- Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9. Kalimat
ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :
-
Usul ini merupakan suatu perkembangan
yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan
pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat
menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau
pembicaraan damai yang pernah dilakukan? Akan benar jika menjadi kalimat
seperti :
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai
kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.)
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang
Melarikan Diri.
Judul berita di atas dapat
menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau
nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri.)
10.
Pengulangan kata yang tidak perlu :
- Dalam
setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)
- Film ini menceritakan perseteruan antara dua
kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan
antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling
menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan
kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)
11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
- Dokter
itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
- Siapa
yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang
tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?)
BAB III
PENERAPAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP
Dalam silabus pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII, kalimat efektif
terdapat pada setiap tingkat yaitu :
A. Kelas VII
1. Semester 1
Terdapat dalam Standar Kompetensi Menulis 4
yaitu Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi.dengan
Kompetensi Dasar :
a. 4.2 Menulis surat pribadi dengan memperhatikan
komposisi, isi, dan bahasa.
b. 4.3.
Menulis teks pengumuman dengan bahasa yang efektif, baik, dan benar
2. Semester 2
Terdapat dalam Standar Kompetensi Berbicara 10
yaitu Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui
kegiatan menanggapi cerita dan telepon dengan Kompetensi Dasar 10.2. Bertelepon
dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun.
|
a. 11.1
Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang
dibaca secara intensif.
b. 11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks
Standar
Kompetensi Menulis 12 yaitu Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk
narasi dan pesan singkat dengan
Kompetensi Dasar :
a. 12.1
Mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
b. 12.2
Menulis pesan singkat sesuai dengan isi, dengan menggunakan kalimat
efektif dan bahasa yang santun.
B. Kelas VIII
1. Semester 1
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Berbicara 2 yaitu Mengungkap berbagai informasi melalui
wawancara dan presentasi laporan dengan Kompetensi Dasar :
a. 2.1 Berwawancara dengan narasumber
dari berbagai kalangan dengan perhatikan etika berwawancara.
b. 2.2 Menyampaikan laporan secara lisan
dengan bahasa yang baik dan benar
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Menulis 4 yaitu Mengungkapkan informasi dalam bentuk
laporan, surat dinas, dan petunjuk dengan Kompetensi Dasar :
a. 4.1
Menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar.
b. 4.2 Menulis surat dinas berkenaan dengan
kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan bahasa baku.
c. 4.3 Menulis petunjuk melakukan sesuatu
dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif.
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Mendengarkan 9 yaitu Memahami isi berita radio/televisi
dengan Kompetensi Dasar 9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa,
mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana) yang didengar atau ditonton melalui
radio/televisi.
2. Semester
2
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Berbicara 10 yaitu Mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan telepon dengan
Kompetensi Dasar 10.2. Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang
santun.
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Membaca 11 yaitu Memahami wacana tulis melalui kegiatan
membaca intensif dan membaca memindai dengan Kompetensi Dasar :
a. 11.1
Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang
dibaca secara intensif.
b. 11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Menulis 12 yaitu Mengungkapkan berbagai informasi dalam
bentuk narasi dan pesan singkat dengan Kompetensi Dasar :
a. 12.1
Mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung.
b. 12.2
Menulis pesan singkat sesuai dengan isi, dengan menggunakan kalimat
efektif dan bahasa yang santun.
C. Kelas IX
1. Semester 1
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Berbicara 2 yaitu Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk komentar dan laporan dengan Kompetensi Dasar 2.2
Melaporkan secara lisan berbagai
peristiwa dengan mengguna-kan kalimat yang jelas.
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Menulis 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan
pengalaman dalam cerita pendek dengan Kompetensi Dasar 8.1 Menulis kembali
dengan kalimat sendiri cerita pendek yang pernah dibaca.
2. Semester
2
Terdapat dalam
Standar Kompetensi Menulis 12. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca dengan
Kompetensi Dasar :
a. 12.1 menulis karya tulis sederhana dengan
menggunakan berbagai sumber.
b. 12.2 Menulis teks pidato/ceramah/ khotbah
dengan sistematika dan bahasa yang efektif.
c. 12.3 Menulis surat pembaca tentang
lingkungan sekolah.Terdapat dalam Standar Kompetensi Berbicara 10 yaitu Mengungkapkan
pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita
dan telepon dengan Kompetensi Dasar 10.2. Bertelepon dengan kalimat yang
efektif dan bahasa yang santun.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani.
2009. Materi Perkuliahan PPS UNS : Kalimat
Efektif.. Tidak diterbitkan.
Baynham,
Mike. (1995). Literacy Practices:
Investigating Literacy in Social Contexts. London: Longman.
E.
Kosasih dkk. 2002. Intisari Bahasa
Indonesia. Bandung : CV. Pustaka Setia
Gorys Keraf
.(1983). Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Yus Rusyana.
(1984). Bahasa & Sastra dalam Gamitan
Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
Warriner.
(1958). English Grammar and Composition. New
York: Harcourt, Brace and World Inc.
Weaver,
Ricard M. (1968). Composition. New
York: Holt. Pinahart and Winston.
tulisaan ini sayang bermanfaat karna banyak yang belum mengetahui seperti apa kalimat efektif dan hal yang bisa dikatakan bahawa kalimat itu efektif atau tidanya...
BalasHapusoh yah... saya ingin tau sumber atau daftar pustaka untuk ciri-ciri kalimat efektif yang anda tulis di blog ini apa yahh... saya ingin yang spesifiknya...
Ayo Daftar Sekarang, Nikmati Freechip Berlimpah Setiap Hari... Join Disini Banyak Jenis Permainan Taruhan Online Terbaik, Kunjungi Website Kami Di Klik Disini dan Dapatkan Bonus Terbaru 8X 9X 10X win klik disini untuk mendapatkan akun Sabung Ayam anda dan Bonus Berlimpah.
BalasHapus