BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa baru
dipelajari atau dikuasai oleh siswa setelah ia menguasai tiga keterampilan
berbahasa lainnya. Artinya, menulis merupakan keterampilan berbahasa terakhir
yang dikenal dan dipelajari siswa.
Pembelajaran menulis sastra seyogianya menjadi
pembelajaran yang dulce et utille,
menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa. Namun realitasnya, sebagian siswa
memandang pembelajaran menulis sastra seolah-olah momok yang menakutkan. Mereka
kebingungan kalau ditugasi hal-hal yang berhubungan dengan menulis sastra,
misalnya menulis puisi.
Padahal berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VIII semester 2, terdapat
standar kompetensi menulis sastra yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan
dalam puisi bebas. Kompetensi dasarnya adalah: kesatu, menulis puisi bebas
dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai; kedua, menulis puisi bebas dengan
memperhatikan unsur persajakan.
Ketika PBM menulis puisi bebas dilaksanakan di dalam
ruangan kelas, para siswa mengalami kesulitan karena susah untuk mendapatkan
inspirasinya. Kemungkinan penyebabnya adalah terbatasnya ruang gerak mereka
serta kejenuhan belajar karena PBM hampir selalu dilaksanakan di dalam kelas.
Pembelajaran menulis puisi bebas pun tidak selesai dalam waktu dua kali
pertemuan. Para siswa meminta menulis puisi bebas itu dilanjutkan di rumah.
Hasilnya, sebagian mengumpulkan dan sebagian tidak. Puisi yang terkumpul pun
setelah dievaluasi ternyata sebagian merupakan hasil plagiat, baik dari rubrik
puisi media massa maupun dari buku-buku. Dan yang mengumpulkan pun hasilnya
tidak begitu memuaskan. Hanya sebagian kecil saja yang hasilnya sudah baik. Hal
ini sungguh sangat memprihatinkan dan perlu tindakan yang serius dari guru.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan
rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri
siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).
Masalah ini perlu segera dipecahkan karena pembelajaran
menulis puisi bebas dipandang penting sebab berhubungan dengan apresiasi
sastra, khususnya menulis teks sastra. Menulis teks sastra berarti memproduksi
sastra. Hal ini berarti juga melatih siswa untuk mengeksplorasi segala
kompetensi yang dimilikinya berdasarkan pengetahuan serta pemahaman
kebahasaannya dan pengalamannya yang dapat dijadikan modal dasar dalam menulis kreatif puisi. Dengan
pembelajaran ini pula diharapkan kepekaan sosial siswa menjadi terasah.
Agar siswa dapat menciptakan teks sastra dengan baik,
dalam hal ini penciptaan puisi, perlu suasana dan lingkungan yang mendukung
serta dapat memberi inspirasi kepada mereka. Untuk keperluan tersebut, guru
memodifikasi lingkungan belajar dengan cara mengajak siswa belajar di luar
kelas atau berkaryawisata ke suatu tempat yang ada di lingkungan sekolah yang
memungkinkan siswa terinspirasi untuk menulis kreatif puisi.
Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan suatu penelitian
tindakan yang dapat dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri. Penelitian
tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan,
atau strategi yang berbeda dari biasanya (Suharsimi Arikunto 2008 : 11).
Menurut Sarwiji Suwandi (1009 : 7-8) Banyak cara yang
yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi atau memecahkan permasalahan
pembelajaran di kelas. Salah satu cara yang dipandang efektif adalah guru
melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Oleh sebab itu, solusi yang tepat bagi permasalahan yang
dihadapi, penulis dan kolaborator sepakat untuk mengadakan penelitian dengan
judul “ Penerapan Metode Karyawisata Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi
Bebas Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 3
Malangbong Garut Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah penerapan metode karyawisata dapat meningkatkan
motivasi menulis puisi bebas siswa?
2. Apakah penerapan
metode karyawisata dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas siswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan motivasi menulis puisi bebas siswa
melalui penerapan metode karyawisata.
2. Meningkatkan kemampuan
menulis puisi bebas siswa melalui penerapan metode karyawisata.
D. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat melengkapi teori yang berkaitan dengan metode dalam
pembelajaran puisi dan keterampilan menulis puisi bebas siswa.
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa, manfaat penelitian
eksperimen ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi keterampilan menulis puisi bebas siswa setelah penggunaan metode karyawisata yang diterapkan
oleh guru dalam pembelajaran.
Bagi guru bahasa Indonesia,
manfaat yang dapat diperoleh melalui eksperimen ini adalah agar para guru dapat
mengembangkan pembelajaran menulis dengan menggunakan metode-metode yang tepat
sehingga diharapkan keterampilan menulis puisi bebas siswa dapat
meningkat.
Bagi kepala sekolah, manfaat
yang dapat dipetik melalui eksperimen ini adalah sebagai masukan dalam rangka
mengefektifkan pembinaan kepada para guru agar dapat meningkatkan kualitas
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan jalan melakukan penelitian
semacam ini.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Karya
Sastra yang Baik
Retno Winarni (2009 : 24-25) mengungkapkan bahwa
setidaknya ada tiga macam norma atau nilai yang menjadi ciri-ciri karya sastra
yang baik, yaitu norma estetika, sastra, dan moral.
2.
Fungsi
Karya Sastra
Kuntowijoyo (1981) dalam http://uj9.blogspot.com menyatakan adanya
tiga fungsi sastra, yakni bahwa karya sastra sebagai simbol verbal mempunyai
fungsi sebagai cara pemahaman, cara komunikasi, dan cara kreasi . Apabila realitas itu berupaya
peristiwa historis, karya sastra dapat: (1) mencoba menerjemahkan peristiwa
itu ke dalam bahasa imajiner dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah
menurut kadar kemampuan pengarang; (2) karya sastra dapat menjadi
sarana bagi pengarangnya untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan tanggapan
mengenai suatu peristiwa sejarah; dan (3) seperti juga karya
sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali
sebuah peristiwa sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarangnya.
3.
Karyawisata
sebagai Inspirator Penciptaan Karya Sastra
Karyawisata merupakan salah satu kegiatan yang banyak
digemari, terutama sekali oleh anak-anak. Hal ini karena kata karyawisata menurut asumsi mereka
berarti main ke suatu tempat yang
lain dari biasa dan pasti menyenangkan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bahwa karyawisata adalah
kunjungan ke suatu objek dalam rangka memperluas pengetahuan dalam hubungan
dengan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang (Depdikbud, 1997: 449).
Bila dicermati, begitu banyak karya sastra bermutu tinggi
yang dihasilkan melalui karyawisata. Raja penyair angkatan Pujangga Baru, Amir
Hamzah, yang sempat berekreasi ke
pantai-pantai di Jakarta, berhasil mempuisikan ”Teluk Jayakarta”. Setelah Idrus berkaryawisata ke sebuah pasar malam pada masa pendudukan Jepang,
ia juga langsung menulis cerpen ”Pasar
Malam Zaman Jepang”. Chairil Anwar (pelopor Angkatan ’45 dalam bidang
puisi) pun tak mau ketinggalan, ia jalan-jalan
dari Kerawang hingga Bekasi ketika masa perang kemerdekaan dan terciptalah
puisi ”Krawang-Bekasi”. Puisi ini
diciptakannya sebagai tanda setia, meratapi kematian kawan-kawannya yang rela
mati muda demi kepentingan tanah air, nusa, dan bangsa. Puisi ”Krawang-Bekasi” kini diabadikan dengan
tinta emas di Monumen Yogya Kembali.
Sementara itu, Toto Sudarto Bachtiar (H.B. Jassin
menjulukinya Penyair Ibu Kota Senja) yang gemar main-main di kota-kota besar seperti Jakarta, bertemu dengan gadis
kecil berkaleng kecil, terbitlah puisinya yang begitu menggugah dan menyentuh, ”Gadis Peminta-minta”. Lain lagi dengan
Ajip Rosidi yang khatam menyusuri
semua daerah di Jawa Barat, ia mendapat inspirasi untuk mencipta puisi yang
sarat akan kecintaan terhadap tanah kelahirannya, puisinya itu diberi judul ”Tanah Sunda”. Sementara itu, si Burung
Merak dari Yogyakarta, W.S. Rendra, yang sering mondar-mandir ke Jakarta,
berhasil mempuisikan ”Ciliwung yang
Manis”. Demikian juga ketika ia melakukan perjalanan ke Banten, ia merasa
terkesan dengan masyarakat di sana, maka terciptalah sebuah puisi ”Balada Orang-orang Rangkasbitung”.
Kesemua itu adalah contoh-contoh kecil saja dari sekian
banyak contoh yang bisa diungkap sebagai bukti. Pendek kata, bahwa karyawisata
bisa menginspirasi pengarang atau penyair dalam penciptaan karya sastra adalah
sebuah fakta yang tak terbantahkan.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain.
Menurut Roestiyah (2001:85) dalam http://yastaki56.spaces.live.com/Blog, karyawisata
bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah
cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan
sebagainya.
Bagi guru, asumsi siswa mengenai karyawisata dapat
dijadikan peluang yang baik karena karyawisata bisa saja diaplikasikan sebagai metode
mengajar. Lebih lanjut para ahli tersebut berpendapat bahwa iklim belajar di
kelas merupakan faktor yang berpengaruh langsung pada gaya belajar dan minat
siswa. Sikap gurulah yang sangat menentukan iklim di dalam kelas. Lingkungan
belajar yang sesuai adalah mengandung kebebasan memilih dalam satu disiplin;
kesempatan untuk mempraktikkan kreativitas; interaksi kelompok; kemandirian
dalam belajar; kompleksitas pemikiran; keterbukaan terhadap ide; mobilitas
gerak; menerima opini; dan merentangkan belajar hingga ke luar ruang kelas.
Untuk itu, guru harus mampu membuat pilihan-pilihan yang sesuai dari apa yang
akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, materi dan sumber daya apa yang perlu
disediakan, hingga bagaimana mengevaluasi pertumbuhan belajar siswa.
Dengan tegas, Wells (dalam DePorter et al., 2005: 29)
menyatakan bahwa jika anak-anak diharapkan melakukan transisi dengan mudah dan
percaya diri, mereka haruslah mengalami lingkungan baru sekolah sebagai sesuatu
yang menggairahkan dan menantang.
Menurut Suwarna et al. (2006: 114), metode karyawisata
merupakan cara yang dilakukan guru dengan mengajak siswa ke objek tertentu
untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah. Objek
karyawisata adalah tempat atau objek tertentu yang memiliki nilai akademis,
sehingga dapat difungsikan sebagai laboratorium, sebagai tempat untuk
memperkaya pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal yang memang benar-benar
terjadi. Objek karyawisata tersebut antara lain: museum, bank, perusahaan,
pasar, pengadilan, candi, pusat kerajinan, pelabuhan, pusat peninggalan,
stadion, dan lain-lain.
Mengenai metode karyawisata (field-trip), Sujana (1991: 87-88) menyatakan bahwa karyawisata
dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan
karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar
kelas dalam rangka belajar. Contohnya, mengajak siswa ke Balai Desa untuk
mengetahui jumlah penduduk dan susunannya pada desa tersebut, selama satu jam
pelajaran.
Jadi, karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang
jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu
yang lama dan tempat yang jauh disebut study
tour.
Adapun langkah-langkah pokok dalam metode karyawisata
adalah sebagai berikut.
a.
Perencanaan
karyawisata
b.
Langkah
Pelaksanaan karyawisata
c.
Tindak
lanjut
4.
Menulis
Salah Satu Genre Karya Sastra: Puisi
Banyak cara untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
melalui tulisan. Salah satunya adalah melalui puisi. Cara ini banyak diminati
karena memiliki kelebihan dan keasyikan tersendiri.
Hal seperti itu tidaklah mengherankan karena dengan puisi
itu selain memberikan kenikmatan seni, juga memperkaya kehidupan batin,
menghaluskan budi, bahkan juga sering membangkitkan semangat hidup yang
menyala, dan mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan (Pradopo, 2007: vi).
Dengan bahasa yang simbolis, konotatif, dan padat, semua gagasan, inspirasi,
pengetahuan serta hal lain dapat diungkapkan dengan singkat, padat, menarik,
serta bermanfaat bagi pembaca.
Puisi adalah salah satu genre karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun
dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Struktur fisik
puisi terdiri atas (1) diksi atau pilihan kata, sangat penting dalam puisi
karena akan menentukan makna, keindahan bunyi, dan irama. Kata dalam puisi
(pada umumnya) bersifat simbolik; (2) pengimajian, adalah efek dari pikiran
kata yang dapat mengungkapkan pengalaman batin sampai pada pengalaman konkret
(nyata). Misalnya, pilihan kata ”berhati baja” menimbulkan efek pengimajian
tentang sesuatu yang kuat, kokoh, dan luar biasa; (3) kata konkret, merupakan
kata yang merujuk pada makna yang dapat diindra. Misalnya, pernyataan ”gadis
kecil berkaleng kecil” lebih konkret dan menimbulkan efek pengimajian daripada
pernyataan ”gadis miskin”; (4) bahasa kiasan atau figurative language, menyebabkan puisi menjadi menarik perhatian,
menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal
lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup (Pradopo, 2007: 61
– 62).
Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas (1) tema
puisi, merupakan gagasan pokok yang akan dikemukakan penyair. Misalnya,
ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, demokrasi, keadilan sosial, keindahan
alam, lingkungan, dan lain-lain; (2) rasa dalam puisi, adalah perasaan yang
disampaikan penyair melalui puisinya. Misalnya, sedih, kecewa, haru, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, setia kawan, dan lain-lain; (3) nada puisi, ialah
sikap batin penyair yang hendak diekspresikan. Misalnya, menasehati, mencemooh,
sinis, berontak, iri hati, dan lain-lain. Nada dapat mewarnai suasana pembaca.
Suasana yang dimaksud adalah suasana batin pembaca akibat membaca puisi; (4)
amanat puisi, adalah maksud yang hendak disampaikan, himbauan, pesan, atau
tujuan yang hendak disampaikan penyair.
Kalau pengajaran sastra mengarah pada apresiasi dan
ekspresi, maka rasa bosan terhadap pelajaran bahasa Indonesia bisa terobati.
Mereka akan lebih suka mendengarkan pembacaan karya sastra atau membuat sendiri
karya sastra itu sesuai dengan kemampuan dan jenjang usianya daripada
mempelajari teori-teori tentang sastra dan menghapalkannya.
B. Kerangka Berpikir
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dilatihkan guru kepada siswa. Mampu
berbahasa berarti mampu memilih kata secara tepat untuk menuangkan pikiran dan
perasaan ke dalam lambang bahasa serta kata. Hal ini merupakan modal utama
seseorang ketika menulis. Sayangnya, menulis merupakan keterampilan yang paling
sulit dipelajari siswa dan diajarkan guru sehingga tidak jarang ditemukan dalam
pembelajaran menulis, guru lebih banyak memberikan teori menulis daripada
praktik menulis.
Kompetensi dasar menulis puisi bebas dengan menggunakan
pilihan kata yang sesuai dan menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur
persajakan merupakan kompetensi dasar disampaikan di kelas VIII. Mengenai hal
ini, dapat dikatakan bahwa para siswa kelas VIII/B sudah memiliki minat yang
baik terhadap penulisan puisi. Hanya, bagaimana menciptakan puisi yang kaya
akan pilihan kata yang sesuai, persajakan, serta keindahan bahasa lainnya,
belum mereka pahami sepenuhnya. Mereka juga mengakui bahwa penulisan puisi di
dalam kelas kurang bisa menghadirkan inspirasi karena keterbatasan ruang gerak.
Mereka menginginkan pembelajaran menulis puisi dilakukan di luar kelas. Guru
mitra yang bersangkutan pun sepakat dan mengakui adanya kondisi ini.
Atas dasar pertimbangan itulah maka penulis mengambil
langkah yang dipandang tepat sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut, yaitu melaksanakan pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkan objek
yang dapat diindera melalui pengaplikasian metode karyawisata.
Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :
|
Hal yang diteliti
Hal yang tidak diteliti
Garis penelitian
Garis bukan penelitian
Gambar 1. Kerangka Konsep
C. Hipotesis Tindakan
1. Penerapan metode karyawisata dapat meningkatkan
motivasi menulis puisi bebas siswa.
2. Penerapan metode
karyawisata dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Malangbong Garut
dan Pasar Malangbong Garut. Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan
(1) Nilai menulis puisi siswa rendah, (2) metode yang digunakan oleh guru
kurang variatif, (3) Pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton, (4) Pasar
tersebut adalah tempat yang diminati oleh seluruh siswa.
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 3 bulan
yaitu November 2009 sampai dengan Januari 2010. Rincian kegiatan penelitian
tersebut adalah sebagai berikut : persiapan penelitian, koordinasi persiapan
tindakan, pelaksanaan (perencanaan tindakan, monitoring dan evaluasi, dan
refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian,
penyempurnaan laporan berdasarkan masukan seminar, serta penggandaan dan
pengiriman laporan penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII/B. Seluruh
siswa berjumlah 37 orang, terdiri atas 20 orang laki-laki dan 17 orang
perempuan.
C. Data
dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang
proses pembelajaran menulis puisi, kemampuan siswa dalam menulis puisi,
motivasi siswa dalam menulis puisi. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai
sumber yang meliputi :
1. Informan kunci yakni siswa dan guru;
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas
pembelajaran menulis puisi;
3. Dokumen atau arsip berupa Kurikulum, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, hasil menulis siswa dan buku penilaian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan untuk penelitian yang akan dilakukan
ini dikumpulkan dengan tiga cara, yaitu:
1. Pengamatan
Dilakukan oleh peneliti secara
pasif. Dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Peneliti mengambil tempat duduk paling belakang. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data kondisi awal siswa dan efektivitas pelaksanaan tindakan.
2. Angket
Angket diberikan kepada para
siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis.
Angket ini diberikan dua kali, yaitu sebelum kegiatan penelitian tindakan dan
pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh
melalui angket tersebut dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kualitas
proses kegiatan menulis siswa dan dapat diketahui ada tidaknya peningkatan
motivasi siswa dalam menulis.
3. Wawancara
Dilakukan setelah dan atas
hasil kajian dokumen. Dilakukan antara peneliti dan guru. Wawancara dilakukan
setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiatan pembelajaran menulis
puisi. Dari hasil wawancara tersebut akan dilakukan identifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan dengan pembelajaran menulis serta
faktor-faktor penyebabnya.
4. Kajian Dokumen.
Dilakukan terhadap berbagai
dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, hasil menulis siswa, buku atau materi pembelajaran, dan nilai
yang diberikan guru
5. Tes
Teknik ini digunakan untuk
mengetahui kondisi awal siswa secara nyata pada kelas yang menjadi subjek
penelitian.
E. Teknik Pemeriksaan
Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data
adalah triangulasi dan riview
informan kunci. Teknik triangulasi yang digunakan adalah berupa triangulasi
sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.
Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis
puisi dan faktor-faktor penyebabnya, penulis melakukan hal-hal sebagai berikut :
(1) Memberikan tes menulis puisi dan selanjutnya menganalisis hasil tulisan
siswa untuk mengidentifikasi kekurangan dalam hasil tulisan mereka, (2) Melakukan
wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan
yang dialami siswa dalam menulis puisi,
fasilitas pembelajaran yang dimiliki dan yang tidak dimiliki, metode-metode
yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.
1. Teknik Analisis Data
Teknik yang
dilakukan dalam analisis data adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik
analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif,
yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan rerata
hasil sebelum penelitian dengan pada akhir setiap siklus.
Teknik analisi
kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja
siswa dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis
tersebut digunakan dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya
sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau
setelah pengumpulan data.
2. Indikator Kinerja
Indikator kinerja
penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu proses dan hasil.
a. Proses
Seluruh atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran.
b. Hasil
Seluruh atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa telah mencapai KKM yang telah
ditetapkan (70).
c. Prosedur Penelitian
Tahapan pelaksanaan Penelitian
adalah sebagai berikut.
1)
Perencanaan
Sesudah masalah selesai
dirumuskan, langkah berikutnya adalah perencanaan tindakan. Hal-hal yang
bersangkut-paut dengan perencanaan tersebut adalah:
a) Menentukan subjek penelitian, yaitu siswa
kelas VIII B,
b)
Merumuskan
alternatif tindakan yang akan dilaksanakan,
c)
Menyusun
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
d)
Menyiapkan
media pembelajaran, dan
e)
Menyiapkan
instrumen yang diperlukan.
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Siklus I
Pada siklus pertama ini dilaksanakan satu kali pertemuan atau 2 X 40 menit. Pada
pertemuan tersebut dilakukan beberapa kegiatan yang dilangsungkan di dalam
kelas, antara lain adalah:
a) Guru dan siswa menyanyikan lagu yang puitis ”Saat Terakhir” yang dipopulerkan oleh
ST 12, kemudian menganalisis syairnya dari segi keindahan bahasa yang
dihubungkan dengan puisi. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menggugah minat
siswa pada materi yang akan dipelajari.
b) Siswa mencermati contoh-contoh puisi bebas.
c) Siswa bertanya jawab tentang puisi yang meliputi larik,
bait, rima, diksi, majas, orisinalitas, serta kesatuan makna puisi yang
dibangun oleh larik dan bait.
d) Siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan puisi.
e) Siswa berlatih membuat larik-larik puisi (dua bait)
tentang sebuah objek dengan menggunakan variasi rima, diksi, serta majas.
f) Dua orang siswa menuliskan bait puisi hasil karyanya di
papan tulis untuk dievaluasi bersama-sama dari segi tema, diksi, rima, majas,
dan kesatuan makna.
g) Siswa menyimak pembacaan salah satu puisi terbaik yang
berhasil diciptakan.
h) Siswa menyimpulkan hal-hal penting dalam penciptaan
puisi.
i)
Guru
memberi penguatan-penguatan berdasarkan kesimpulan siswa.
j)
Guru
menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya mereka akan
diajak berkaryawisata untuk menulis puisi bebas.
Sewaktu kegiatan-kegiatan
tersebut berlangsung, peneliti berkeliling kepada setiap siswa sambil bertanya
jawab, memberikan bantuan, serta arahan kepada mereka yang masih menemui
kesulitan. Pada akhir kegiatan, siswa diberi penjelasan dan ulasan-ulasan
berkaitan dengan kegiatan yang telah dilakukan. Sementara itu, observer
senantiasa mengamati jalannya PBM, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
Hasilnya dituliskan pada format observasi yang telah disiapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.
1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
DePorter,
Bobby et al. 2005. Quantum Learning.
Bandung: Kaifa.
Rachmat
Djoko Pradopo. 2007. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Retno
Winarni. 2009. Kajian Sastra. Salatiga:
Widya Sari Press.
Sarwiji
Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru
(PSG) Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Suharsimi
Arikunto dkk. 2007. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwarna
dkk. 2006. Pengajaran Mikro: Pendekatan
Praktis Menyiapkan Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nana
Sujana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
http://uj9.blogspot.com.
Diunduh Senin, 16 November 2009
http://yastaki56.spaces.live.com/Blog.
Diunduh Senin, 16 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar