siap berbagi dan menerima

siap berbagi dan menerima

Rabu, 28 Maret 2012

Tips Membaca Cepat

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan baca seseorang terhambat, antara lain

a. Vokalisasi, yaitu membaca sambil bersuara atau mengucapkan kata demi kata yang dibaca.
b. Gerakan bibir pada waktu membaca baik bersuara mauapun tak bersuara.
c. Gerakan kepala mengikuti kata-kata yang dibacanya.
d. Menunjuk (dengan jari atau alat lain) kata-kata yang dibaca pada waktu membaca.
e. Regresi, yaitu gerakan mata melihat kembali beberapa kata yang telah dibacanya.
f. Subvokalisasi, yaitu melafalkan apa yang dibacanya dalam hati atau pikiran.

Untuk meningkatkan kecepatan baca kita, pertama-tama kita perlu mengukur kecepatan baca kita. Untuk itu perlu diadakan pengukuran kecepatan baca kita. Rumusnya :
(Jumlah kata yang dibaca dibagi jumlah detik untuk membaca dikalikan 60) dikalikan prosentase pemahaman.

Kecepatan baca bergantung pada kebutuhan dan bahan yang dihadapinya. Pada umumnya kecepatan baca dapat dirinci sebagai berikut :

a. Membaca secara skimmming dan scannning (lebih dari 1000 kpm)
Tipe membaca seperti ini biasanya digunakan untuk
- mengenal bahan-bahan yang akan dibaca
- mencari jawaban atas pertanyaan tertentu
- mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menentukan gagasan umum dari bacaan

b. Membaca dengan kecepatan tingngi (500 – 800 kpm)
Tipe membaca seperti ini biasanya digunakan untuk
- membaca bahan-bahan yang mudah dan telah dikenali sebelumnya
- membaca novel ringan untuk mengikuti jalan ceritanya.

c. Membaca secara cepat (350 – 500 kpm)
Biasanya digunakan untuk
- membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskripsi dan bahan-bahan nonfiksi.
- Membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya.

d. Membaca dengan kecepatan rata-rata (250 – 350 kpm)
Biasanya digunakan untuk
- membaca fiksi yang komplek untuk analisis watak dan jalan ceritanya.
- Membaca nonfiksi yang agak sulit untuk mendapatkan detail, mencari hubungan,evaluasi

e. Membaca lambat (100 – 125 kpm)
Biasanya digunakan untuk
- mempelajari bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai isinya.
- Menguasai bahan-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat teknis
- Membuat analisis bahan-bahan bernilai sastra klasik
- Memecahkan persoalan yang ditunjuk dengan bacaan yang bersifat instruksional (petunjuk).

MEMBACA PEMAHAMAN
Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud membaca pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca ntuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya. Usaha efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan

a. mengorganisasikan bahan yang dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami.
b. Mengaitkan fakta yang satu dengana fakta yang lain atau menghubungkannya dengan fakta dan konteks.

Tingkat pemahaman dalam membaca berkaitan pula dengan sistem membaca yang dipakainya. Umumnya orang cendenrung langsung membaca teks tanpa mempersiapkan prakondisi sehingga pembacaaan terssebut menjadi efektif.
Ada beberapa sistem membaca, antara lain
1. SQ3R : survey-question-read-recite-review
2. SQ4R : survey-question-read-recite-rite-review
3. POINT : purpose-overview-interpret-note-test
4. OK4R : overview-key ideas-read-summarize-test

Salahsatu sistem yang banyak dikenal dan dipakai orang adalah SQ3R. Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu
1. SURVEI
Survei atau prabaca adalah teknik mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap. Tujuan srvei adalah
mempercepat menangkap arti
mendapatkan abastrak
mengetahui ide-ide penting
melihan susunan (organisasi) bahan bacaan.
Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan.
Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Ada beberapa teknik dalam melakukan survei. Untuk tiap jenis bacaan, teknik surveinya berbeda.

Tekni survei buku
- telusuri daftar isinya
- baca kata pengantar
- lihat tabel, grafik
- lihan apendiks
- telusuri indeks

Teknik survei bab
- lihat paragraf pertama dan terakhir
- lihat ringkasan
- lihat subjudul

Teknik survei artikel
- baca judul
- baca semua subjudul
- amati tabel
- baca pengantar
- baca kalimat pertama subbab
- buatlah keputusan (dibaca atau tidak)

Teknik survei klipping
- perhatikan judul
- perhatikan penulisnya

2. QUESTION
Pada langkah ini kita mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan.

3. READ
Perlu disadari bahwa membaca merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama.

4. RECITE/RECALL
Pada tahap ini Anda dapat membuat catatan seperlunya

5. REVIEW
Pada tahal ini Anda mencoba mengingat kembali dengan membaca ulang bacaan yang Anda baca.

Menemukan Ide Pokok Wacana

Memahami suatu teks berarti memahami ide pokok yang hendak disampaikan oleh penulis teks tersebut. Untuk itu fokus pembacaan haruslah diletakkan pada usaha memahami ide pokok penulis. Ide pokok suatu buku dapat dikenali dalam
a. ikhtisar umum yang ada di awal buku
b. ikhtisar bab
c. ikhtisar bagian bab
d. ide pokok paragraf

Kadang-kadang orang terlalu membuang waktu untuk detail sebelum dia menemukan ide pokoknya. Detail adalah fakta atau informasi yang dikemas dalam paragraf untuk membuktikan, menjabarkan, dan memberikan contoh yang mendukung ide pokok. Salahsatu cara mengenali detail penting adalah dengan mencari petunjuk-petunjuk yang digunakan oleh penulis untuk membantu pembaca, antara lain dengan

a. ditulis cetak miring
b. digarisbawahi
c. dicetak tebal
d. dibubuhi angka-angka
e. ditulis dengan kode huruf (a,b,c,d)

Kata-kata kunci merupakan kata penuntun untuk membantu mengetahui jalan pikiran penulis. Kata kunci antara lain
a. ungkapan penekanan
b. kata yang mengubah arah
c. kata ilustrasi
d. kata tambahan
e. kata simpulan

MEMBACA KRITIS
Membaca secara kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Dengan demikian, pembca tidak sekedar membaca, melainkan juga berpikir tentang masalah yang dibahas. Hal yang harus diingat dalam membaca kritis adalah bahwa tidak semua yang ditulis itu benar.
Untuk itu kita harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan cepat, akurat, dan kritis. Akurat artinya mampu membedakan hal yang relevan dan tidak relevan. Kritis artinya menerima pemikiran yang ditulis dengan dasar yang baik, logis, benar, dan realistis.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membaca kritis adalah
a. mengerti isi bacaan
b. menguji sumber penulisan
c. ada interaksi antara penulis dan pembaca.
d. Memutuskan :menerima atau menolak ide penulis
Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap gagasan orang lain, kita perlu mengingat-ingat secara lebih seksama apa saja yang dikemukakan oleh penulis. Untuk itu, ingatan sangat penting. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar kita dapat mengingat lebih lama ddan lebih baik, yiatu
a. hadapi bahan dengan tujuan
b. survei apa saja yang perlu diingat
c. cai fakta dan dapatkan dalam hubungannya dengana konteks
d. kaitkan apa yang dibaca dengan yang telah diketahui.
e. Perhatikan apa yang penting bagi Anda.

Dalam usaha menanggapi pendapata orang lain, kita tidak boleh melupakan hal-hal yang penting yang diungkapkan oleh penulis. Agar tidak terlupakan perlu dibuat sejumlah catatan dari bacaan yang kita baca. Pokok-pokok yang perlu dicatat antara lain
a. bagian-bagian kunci :ide pokok, masalah, informasi penting
b. asumsi penulis tentang segi tertentu
c. detail atau fakta yang kita perlukan
d. pokok-pokok yang menarik
Ada tiga jenis catatan, yaitu
a. catatan berupa koleksi fakta dan detail penting
b. catatan berupa kutipan kalimat, paragraf, kata kunci
c. catatan berupa ringkasan

V. SKIMMING DAN SCANNING
Skimming adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok bacaan. Scanning adalah cara membaca dengan cara melompat langsung ke sasaran yang dicari.

Bagian-bagian yanag dapat dilompati antara lain
a. bagian yang telah diketahui dari buku lain
b. bagian yang berisi informasi yang tidak memenuhi tujuan membaca
c. bagian yang hanya merupakan contoh atau ilustrasi
d. bagian yang merupakan ringkasan bab sebelumnya.

Yang dimaksud skimming adalah mencari hal-hal penting dari bacaaan. Fungsi skimming adalah
a. untuk mengenali topik bacaan
b. untuk mengetahui pendapat/opini orang
c. untuk mendapatkan bagian penting yang kita butuhkan
d. untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara berpikir penulis.
e. Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca.

Scanning adalah teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain. Scanning biasa digunakan untuk
a. mencari nomor telepon
b. mencari kata pada kamus
c. mencari entri pada indeks
d. mencari angka statistik
e. melihat acara siaran televisi
f. melihat daftar perjalanan

SEMOGA BERMANFAAT.....

Teknik Penulisan Artikel

A. PENGERTIAN ARTIKEL
•    Karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan PENDAPAT seorang penulis atas suatu FAKTA/DATA/ PENDAPAT orang lain berdasarkan rangkaian LOGIKA tersendiri.
•    Tulisan lepas berisi opini seseorang yang MENGUPAS tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya AKTUAL dan atau KONTROVERSIAL dengan tujuan untuk memberitahu (INFORMATIF), memengaruhi dan meyakinkan (PERSUASIF ARGUMENTATIF), atau menghibur khalayak pembaca (REKREATIF).
B. KARAKTERISTIK ARTIKEL
•    Ditulis dengan atas nama (by line story)
•    Mengandung gagasan aktual dan atau kontroversial
•    Gagasan yang diangkat harus menyangkut kepentingan sebagian besar khalayak pembaca.
•    Ditulis secara referensial dengan visi intelektual
•    Disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer, komunikatif
•    Singkat dan tuntas
•    Orisinal
C. STRUKTUR ARTIKEL
•    Judul
•    Alinea Pembuka (Lead)
•    Alinea Penjelas (Batang Tubuh)
•    Alinea Penutup (Ending)
D. CARA MENULIS ARTIKEL
1.    Pilih tema
2.    Tentukan judul (bisa juga ditentukan belakangan)
3.    Susun alinea pertama
4.    Uraikan tema dalam beberapa alinea penjelas (tergantung panjang-pendek tulisan)
5.    Perhatikan format/gaya penulisan (ilmiah atau populer?)
6.    Eksploitasi data/ referensi penting
7.    Simpulkan pendapat dalam alinea penutup (jadilah draf awal artikel)
8.    Edit ulang draf awal (judul bisa ditentukan saat ini)
9.    Draf final artikel (langsung dikirimkan ke media massa, atau dimintakan pendapat orang lain sebagai proof reader)
1. Memilih Tema
•    Eksplorasi gagasan seluas mungkin (banyak membaca, mendengar, berdiskusi)
•    Pilih tema yang relevan dengan minat/ bidang kompetensi
•    Pilih tema yang aktual (sedang hangat dan jadi perbincangan publik)
•    Tentukan sikap atas tema/masalah yang akan dibahas (pro atau kontra?)
2. Memilih Judul
•    Judul mewakili tema yang akan dibahas atau pendapat yang akan diajukan
•    Singkat (3 – 5 kata) dan padat (sarat makna)
•    Menarik dan menggugah orang untuk membaca tulisan secara keseluruhan
•    Gunakan istilah/idiom populer
3. Susun Alinea Pertama
•    Satu alinea biasa mengandung satu pokok pikiran
•    Uraikan inti masalah dengan singkat (3-5 kalimat)
•    Alinea pertama mengandung pokok pikiran UTAMA atau tesis yang akan dipertahankan
•    Sifatnya, apakah menanggapi opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri
•    Pilihan bentuk alinea bervariasi
4. Susun Alinea Penjelas
•    Uraikan pokok pikiran utama (main idea) menjadi beberapa pokok pikiran penunjang/ turunan
•    Setiap pokok pikiran itu disusun dalam alinea tersendiri
•    Hubungkan satu alinea dengan alinea selanjutnya dengan jembatan pikiran (bridging) yang kuat
•    Hubungan antar alinea bisa bersifat:
- kronologis (waktu)
- spasiologis (ruang)
- kausalitas (sebab-akibat)
5. Mengolah Gaya Penulisan
•    Ada tiga gaya utama:
1. Deskripsi, memerikan fakta apa adanya secara detail
2. Narasi, menguraikan fakta secara kronologis/ spasiologis
3. Argumentasi, menjelaskan fakta dan sebab-akibat yang melatarinya
•    Kembangkan gaya yang cocok dengan karakter penulis atau tema yang dibahas
•    Setiap gaya memiliki efek yang berbeda kepada pembaca
6. Eksploitasi Data atau Rujukan
•    Data penting untuk memperkuat tesis yang diajukan
•    Referensi penting untuk menunjukkan bahwa semua pendapat yang sama/ berbeda sudah dipertimbangkan
•    Kutipan data/referensi dalam format sederhana, karena panjang artikel terbatas
7. Simpulkan Pendapat dalam Alinea Penutup
•    Simpulkan uraian yang terdapat dalam Alinea Penjelas dalam alinea penutup
•    Konfirmasi Alinea Penutup/Simpulan dengan Alinea Pertama/Pendapat Awal yang telah diajukan
•    Gunakan kalimat yang menggugah, bukan memaksakan kehendak
•    Buka kesempatan orang lain untuk berbeda pendapat, bukan merasa benar sendiri
8. Mengedit Tulisan
•    Selesaikan Draf Awal tulisan, apapun bentuknya, jangan ditunda-tunda
•    Endapkan tulisan awal selama beberapa waktu, lalu cari inspirasi/kesibukan, namun tetap perhatikan deadline/batas tenggat
•    Tinjau ulang Draf Awal dan periksa dari segi substansi, struktur argumentai atau gaya penulisannya
•    Lakukan koreksi mulai dari yang mudah: standar bahasa, validitas data/referensi hingga yang sulit keandalan argumentasi
9. Menyebarkan/ Memasarkan Tulisan
•    Kirimkan draf tulisan kepada sejumlah kawan yang memahami standar penulisan yang baik (minta koreksi dan penilaian)
•    Perbaikan draf tulisan berdasarkan masukan dari semua pihak dan juga pembacaan ulang sendiri (jadilah Draf Final)
•    Kirimkan artikel ke media massa yang sesuai dan minta alasan/komentar, jika artikel tak dimuat
•    Jaga hubungan baik dengan Editor Opini di sejumlah media, sehingga tahu kebutuhan artikel macam apa yang bisa diakomodasi media
•    Simpan artikel yang SUDAH dimuat atau yang BELUM dimuat di media, jadikan khazanah pemikiran pribadi
REFERENSI:
Sumaidira, AS Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Profesional. Simbiosa, Bandung.
Waluyo, Sapto. 2008. Teknik Menulis Artikel Opini. Bahan Pelatihan Jurnalistik PPSDMS Nurul Fikri, Jakarta.

KONSEP, PERKEMBANGAN, DAN CIRI-CIRI PEDAGOGIK TRANSFORMATIF

A.    Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki pemahaman tentang konsep, perkembangan, dan ciri-ciri pedagogik transformatif.

B.    Kompetensi Dasar
1.    Pemahaman konsep pedagogik tranformatif
2.    Pemahaman tentang perkembangan pedagogik transforamtif
3.    Pemahaman tentang ciri-ciri pedagogik tranformatif

C.    Indikator
Mahasiswa dapat menjelaskan;
1.    Konsep pedagogik tranformatif
2.    Perkembangan pedagogik transformatif
3.    Ciri-ciri pedagogik tranformatif

D.    Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1.    Diskusi
2.    Penugasan
3.    Pembelajaran langsung

E.    Langkah Pembelajaran
1.    Kegiatan Awal
2.    Kegiatan Inti
3.    Kegiatan Penutup

F.    Evaluasi

LAMPIRAN MATERI

1.    Konsep Pedagogik Transformatif
Istilah pedagogik adalah istilah yang tidak asing bagi guru dan praktisi pendidikan lainnya. Terminologi ini (pedagogik) digunakan secara bergantian atau disamaartikan dengan pedagogi dengan makna sebagai ilmu pendidikan. Keduanya berasal dari bahasa Yunani pedagogos  yang menunjuk pada pengertian para budak yang mengantar anak-anak bangsawan untuk belajar (Tilaar, 2002:260). Secara berangsur terjadi pergeseran makna, bahwa ilmu yang mempelajari tentang anak yang sedang belajar atau sedang berkembang ke arah penciptaan diri secara optimal disebut ilmu mendidik.
Pendidikan merupakan aktivitas yang didasarkan pada ide dan pemikiran tentang tindakan mendidik sebagaimana diinginkan. Ilmu mendidik merupakan ilmu yang bukan hanya bersifat murni, dan bukan tindakan yang tanpa dasar, tetapi merupakan ilmu yang diarahkan kepada suatu tindakan tertentu. Ilmu mendidik atau pedagogik adalah ilmu praksis, yaitu sesuatu yang terintegrasi antara konsep-konsep ilmiah berdasarkan kajian logika dan kajian bagaimana menerapkan ide dan prinsip di dalam tindakan atau perbuatan mendidik. Tindakan atau perbuatan mendidik yang didasarkan pada teori dan konsep tertentu disebut pedagogi, sedangkan ilmu mendidik yang didasarkan pada hasil kajian ilmiah tertentu disebut pedagogik (Tilaar, 2002:260). Hal ini analog dengan penggunaan terminologi economics (Inggris) sebagai ilmu tentang ekonomi, sedangkan economi menunjuk pada tindakan atau pandangan dari sudut pandang ilmu ekonomi.
Pedagogik adalah ilmu praksis, artinya suatu kesatuan antara ilmu dan tindakan mendidik. Di dalam tindakan mendidik diasumsikan adanya objek sasaran dari tindakan yang dimaksud. Sebagai objek atau sasaran dari tindakan mendidik adalah peserta didik (anak). Dalam pengertian yang ada sekarang, mendidik tidak lagi dibatasai pada anak, tetapi menunjuk pada semua proses yang berkenaan dengan perubahan perilaku seseorang baik itu masih dalam kategori anak maupun mereka yang sudah dikategori dewasa. Pengertian pedagogik telah menjadi sangat luas, tidak saja kepada anak, remaja, dan orang dewasa, tetapi juga mencakup dimensi pelatihan. Berkembangnya konsep pendidikan seumur hidup (PSH) merupakan implikasi dari perubahan makna pedagogik yang berlaku sekarang.
Mengapa disebut pedagogik transformatif? Sebagaimana dipahami bahwa manusia sebagai objek dari tindakan pedagogik, adalah otonom dan memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan. Dengan demikian manusia yang otonom, yang semula belum lengkap, belum mewujud sebagai diri yang sesungguhnya, dapat mentransformasi dirinya ke arah yang diinginkan. Pedagogik tranformatif mengasumsikan bahwa otonomi manusia terus berkembang dan mengalami proses transformasi di dalam proses menjadi manusia.  

2.    Perkembangan Pedagogik Transformatif
Perkembangan pedagogik mengacu pada perkembangan filsafat manusia, karena dari situ dapat disimak orientasi kebudayaan termasuk di dalamnya orientasi terhadap proses belajar dan perkembangan individu.
Aliran pemikiran filsafat yang mendorong lahirnya pedagogik transformatif adalah filsafat kontemporer, yaitu filsafat kritis masyarakat (Tilaar, 2002: 266). Filsafat kritis masyarakat ini mempunyai nilai positif metodologis,  yaitu sikap kritis yang terus- menerus. Dengan sikap kritis yang terus-menerus, berarti selalu mempertanyakan tentang suatu kebenaran yang ada. Kebenaran bersifat sementara, dan terus dicarai yang terbaik. Proses pencarian yang terbaik tidak pernah berakhir, sebagaimana realitas yang terus berubah sehingga kita tidak berhenti memikirkan hakikat dari sebuah realitas.
Sikap kritis terhadap suatu realitas akan melihat bahwa kebudayaan adalah suatu entity yang terus menerus berubah. Kebudayaan yang terus berubah adalah hasil karya manusia, dan yang akan mempengaruhi perkembangan manusia itu sendiri. Proses ini akan berlangsung secara terus-menerus, dan oleh karena terus dikaji secara kritis, maka kebudayaan manusia akan terus berubah dan berkembang. Dengan demikian orientasi kependidikan menjadi jelas, yaitu bahwa tindakan kependidikan adalah tindakan kebudayaan. Manusia mempunyai hubungan interaktif dengan budaya di mana hidup, belajar secara dialogis, kreatif, kritis, dan partisipatif. Hubungan interaktif antara manusia dengan dirinya sendiri, dengan manusia yang lain, sifatnya sangat kreatif dan saling menguntungkan. Oleh tindakan kritis yang terus menerus, diikuti dengan partisipasi di dalam proses, maka individu merupakan pendukung proses perubahan sosial di mana dia hidup (Tilaar, 2002: 266).
Interaksi kreatif kritis dalam suatu sistem sosial hanya terjadi jika ada pengakuan atas kebebsan individu. Adanya kebebasan individu di dalam mengembangkan potensi untuk dan di dalam perubahan sosial, merupakan ciri khas dari pedagogik transformatif. Pedagogik transformatif memandang peserta didik sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang luas, tidak terisolasi. Pedagogik transforamtif mengakui otonomi dan kebebasan individu peserta didik dalam perannya membangun kehidupan bersama dan kebudayaannya. Pedagogik transformatif adalah ilmu praksis, menyentuh dimensi riil dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dan budaya di mana manusia berkembang.

3.    Ciri-ciri Pedagogik Transformatif
Beberapa prinsip pokok sebagai ciri pedagogik transformatif dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.    Mengkaji proses pendidikan yang normatif
Mendidik adalah suatu proses. Kajian pedagogik transformatif tidak cukup berhenti pada hakikat proses pendidikan (what it is), tetapi juga harus diperkuat ke arah mana proses pendidikan diarahkan. Pedagogik transformatif adalah pedagogik normatif yang tidak sekedar mendeskripsikan tetapi ingin menunjukkan tentang perlu dan harusnya mencapai sesuatu yang ideal, sesuatu yang jika dilihat atau diuji dari dimensi nilai hidup memang baik. Sesuatu disebut normatif baik, jika memuat; (1) nilai hidup yang diterima sebagai sesuatu yang baik, (2) perkembangan individu yang menurut hakikatnya baik, dan (3) alat untuk mencapai tujuan yang baik (Munghadjir, 1993:2).

b.    Proses pendidikan adalah proses individuasi
Pedagogik transformatif mencermati bagaimana seorang manusia yang unik mengembangkan dirinya untuk memperoleh identitasdirinya. Oleh karena manusia adalah mahluk sosial, proses pendidikan sebagai proses individuasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial dan kebudayaan di mana ia hidup.

c.    Pengembangan Identitas individu
Manusia adalah mahluk yang unik, individu yang otonom dengan memiliki berbagai potensi. Orientasi perkembangan individu adalah menemukan identitas, menjadi seseorang, menjadi individu, menjadi aku yang otonom.  Proses mencari dan mengembangan ke-aku-an seseorang, adalah bagian dari proses individuasi. Pedagogik transformatif memandang bahwa peserta didik bukanlah seseorang yang hanya menerima segala sesuatu dari luar seperti program yang disajikan oleh sekolah, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Segala sesuatu yang datang dari luar akan doproses oleh individu, diramu secara otonom dengan dasar potensi yang dimiliki. Pendidik dan orang tua hanya akan memberikan masukan dan bimbingan serta kesempatan kepada individu untuk memilih dan kemudian mengambil keputusan. Proses mencari identitas bukan berarti eksklusivitas, tetapi justru untuk berinteraksi dengan aku-aku lain sehingga mampu mengembangkan inklusivitas. Pedagogik transformatiaf adalah pengembangan sikap inklusif.

d.    Pedagogik transformatif adalah pedagogik komunikatif.
Pedagogik transforamtif memandang proses belajar sebagai proses komunikatif antara ”aku” dengan ”aku yang lain”, dan antara ”aku” dengan dunia kehiupan. Belajar marupakan proses aktif, proses petualangan yang tidak hanya menerima dari apa yang diberikan oleh pihak lain, tetapi lebih merupakan proses mencari dan menemukan.

e.    Pedagogik transformatif adalah pedagogik dialogis
Pedagogik transforamtif memandang proses pengembangan identitas seseorang tidak terjadi di ruang yang kosong, tetapi di dalam kegiatan yang dialogis. Tindakan dialogis adalah tindakan partisipatif. Proses pengembangan identitas adalah tindakan partisipatif peserta didik terhadap pendidik, terhadap ”aku” yang lain, maupun terhadap objek realitas tertentu. Melalui dialog partisipatif, arah pengembangan identitas peserta didik menjadi lebih kongkrit, lebih terarah, dan saling memperkaya antara satu dengan yang lain.

f.    Pedagogik transformatif berorientasi ke masa depan
Sejalan dengan perluasan dunia, orientasi kehidupan secara bertahap menjadi semakin luas dan lebih mendalam. Orientasi ke masa depan berarti menyusun tindakan dan pengalaman “aku” yang sedang berpartisipasi dan membangun identitas, memilih nilai-nilai masa depan yang sesuai dengan arah hidupnya. Individu yang berorientasi pada masa depan tentu tidak puas dengan realitas yang dihadapi, tetapi akan selalu dipersoalkan dan dikaji untuk dikemabangkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik. Berorientasi kepada masa depan tidak  berarti hanya berandai-andai yang tidak jelas, tetapi berpikir pada kemungkinan-kemungkinan yang terarah.

g.    Pedagogik transforamtif mengakomodasi hak azasi manusia
Pedagogik transforamtif memandang situasi pedagogis sebagai pertemuan antar pribadi. ”Aku” dan ”aku yang lain” adalah otonom dengan memiliki enegi yang sama. Di dalam hubungan dialogis antara keduanya terjadi perkembangan kepribadian masaing-masing, eksistensi seseorang tidak menghilangkan eksistensi yang lain, tetapi justru saling berhubungan dan saling memperkaya satu dengan yang lain. Masing-masing individu mengakui otonomi individu yang lain, dengan demikian hak asasi manusia merupakan ciri eksistensi manusia dalam bereksistensi.



h.    Pedagogik transformatif bertolak dari lingkungan proksimatif
Anak manusia lahir di dalam lingkungan kemanusiaan dan dunia kehidupan, artinya bahwa manusia lahir tidak dalam keadaan terisolasi. Dunia proksimatif adalah dunia manusia sosial dan kebudayaan. Anak manusia dibesarkan di dalam lingkungan sosial budaya yang konkrit (social and cultural embedded), itu berarti bahwa pertemuan dialogis, termasuk di dalamnya proses pembelajaran barus bertolak dari lingkungan proksimatif, lingkungan terdekat peserta didik.

i.    Proses perkembangan dari dalam ke luar (DL)
Pedagogik transformatif berangkat dari ”aku” yang otonom dan yang magmatik mempradugakan adanya kekuatan yang berasal dari dalam diri individu. Proses individuasi pada hakikatnya adalah suatu kekuatan dari dalam menuju ke luar melalui dialog dengan ”aku” yang lain dan dunia kehidupan. Proses perkembangan diri dari dalam ke luar mengarahkan pada pewujudan potensi yang ada dalam diri ”aku”. Dengan demikian proses pendidikan harus menampung aktivitas dan kreativitas individu yang keluar dari dalam ”aku”, dan perlu dibimbing agar kekuatan yang dari dalam itu mempunyai arah yang jelas.

j.    Proses perkembangan dari luar ke dalam (LD)
Di samping kekuatan dari dalam, perkembangan individu dalam partisipasinya dengan ”aku” lain, dunia proksimatif, dan dunia kehidupan yang lebih luas, ”aku” menghadapi berbagai pilihan yang disediakan oleh realitas kehidupan. Pendidikan tidak terlepas dari kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar itu, pendidikan harus memperhitungkan kekuatan-kekuatan itu untuk dimanfaatkan atau secara partisipatif menolak pengaruh yang merugikan proses individuasi secara keseluruhan.

k.    Harmonisasi antara kekuatan dari dalam (DL) dan kekuatan dari luar (LD)
Pedagogik transformatif menguapayakan agar di dalam proses individuasi, terjadi sinergi yang menguntungkan antara kekuatan dari dalam dan kekuatan dari luar. Sinergetika ini hanya dimungkinkan jika ada pengakuan terhadap otonomi dari ”aku”  dan ”aku yang lain”, serta proses dialog dalam menentukan pilihan-pilihan sesuai dengan tingkat perkembangan individu yang menjadi subjek didik.

l.    Proses pendidikan adalah proses memberi makna (meaning)
Di dalam proses individuasi terjadi proses pemaknaan terhadap lingkungan melalui dialog dengan ”aku yang lain” dan dengan dunia kehidupan. Proses pendidikan adalah program meaning imposing prcess, berbagai tindakan pendidikan merupakan proses pemaknaan terhadap sesuatu yang tidak harus berstruktur, seperti kurikulum baku, metodologi baku, aturan main yang baku dan sebagainya.

m.    Pedagogik transaformatif adalah pendidikan sepanjang hayat
Proses individuasi tidak berhenti pada suatu titik, keberadaan manusia adalah keberadaan yang menjadi. Manusia bukan suatu entity yang sudah lengkap. Di dalam proses individuasi terjadi harmonisasi antara mencari identitas dan partisipasi dalam kehidupan. Proses ini mengambil bentuk identitas yang semakin lama semakin solid, semakin mantap, dengan proses partisipasi yang semakin luas sejalan meluasnya dunia kehidupan seseorang. Proses ini berlangsung sepanjang hayat, bahkan seorang pendidik pun secara terus menerus mengubah dirinya, ikut serta dalam mengubah masyarakat sekitar, mengubah dunia kehidupan, dan juga sebaliknya juga mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri.

n.    Proses pendidikan adalah proses humanisasi
Pedagogik tranforamtif adalah pedagogik humanistik, melihat manusia sebagai mahluk yang berubah dengan mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan manusia hanya dapat terjadi di dalam pertemuannya dengan sesama manusia menuju kepada tindakan untuk memanusiakan ”akunya” dan ”aku yang lain” maupun dunia kehidupannya. Pedagogik transformatif mengakui kebebasan manusia, tetapi kebebasan yang bertangungjawab, memandang manusia sebagai sesama manusia.

o.    Pedagogik transforamtif berorientasi sebagai pedagogik kritis
Pedagogik transforamtif bukanlah pedagogik dogmatis, tetapi mengakui adanya otonomi individu yang tengah berproses mencari identitas melalui partisipasi aktif dalam komunikasinya dengan ”aku yang lain” dan duniak kehidupan yang terus berubah. Pedagogik transformatif tidak bertolak dari dogma-dogma yang ada atau paradigma yang dianggap sebagai suatu ketentuan, tetapi memandang realitas adalah dunia yang terus berubah oleh karena partisipasi ”aku” dan ”aku yang lain”. Sikap terus-menerus mempertanyakan keberadaan atau realitas mengarahkan pada perwujudan pedagogik transformatif sebagai pedagogik kritis.

Buku Acuan

Muhadjir, Noeng. 1993. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo.


PENDIDIKAN DALAM BINGKAI KEBINEKAAN BUDAYA (MULTIKULTURAL)

Selama lebih dari 30 tahun, kebijakan-kebijakan khususnya bidang pendidikan kita bersifat sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai. Kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis di akhir tahun 1990-an di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-Bangsa, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling pengertian antar kelompok. Di daerah–daerah, muncul ego-cultur, adanya penolakan terhadap suku tertentu pada komunitasnya, pergolakan bentrok antar suku, deskriminatif dalam pembangunan di bidang pendidikan, saling mencurigai antar suku, golongan atau agama, saling membenci. Akibatnya munculnya hal-hal tersebut wacana tentang pendidikan dalam bingkai kebinekaan atau sering disebut pendidikan mutikultural.
Konsep pendidikan dalam bingkai kebinekaan budaya atau pendidikan multikultural muncul akibat keragaman budaya, etnis, suku, ras, agama serta keyakinan atau disebut juga masyarakat yang majemuk (pluralistik), masyarakat yang seperti ini menyadari dirinya terdiri dari berbagai golongan yang berbeda secara etnis, sosial, ekonomi serta budaya.

Secara sederhana, pendidikan multikultural dapat didefenisikan sebagai pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan. Berdararkan  defnisi tersebut, mengindikasikan bahwa pendidikan bukan merupakan "menara gading" yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan status sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya. Melalui pendidikan multikultural, diharapkan dapat masyarakat dapat maju dan berkembang ke arah yang lebih baik dengan memanfaatkan budaya serta potensi yang ada serta dapat menghormati, saling tolerensi dengan kelompok atau budaya yang lain.  Misalnya saja, di Papua dengan masyarakat yang memiliki budaya dengan berpakaian koteka, kita dapat memasukkan pendidikan mutikultural dengan memajukan pendidikan masyarakat di sana tetapi juga menjaga kelestarian budayanya. Artinya kita tidak ikut-ikutan memakai koteka, melainkan memberi pengetahuan /pendidikan sesuai potensi masyarakat agar dapat sejajar dengan daerah-daerah lain tetapi juga melestarikan budayanya.

Dengan pendidikan mutikultural ini, juga mengubah wajah dunia pendidikan yang dahulu hanya dapat dinikmati oleh orang-orang tertentu, atau pendidikan yang dilaksanakan oleh golongan tertentu, sekarang pendidikan dapat dirasakan oleh semua orang tanpa memperhatikan golongan, ras, atau etnis tertentu. Kita boleh mengenyam pendidikan dimana saja. Misalnya saja, dahulu orang yang beragama non muslim tidak diperbolehkan mendaftar di sekolah muslim atau sebaliknya, tetapi sekarang sudah banyak sekolah yang menerima peserta didik dengan beragam agama, dengan menyediakan guru agama. Ini sejalan dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1, yang menyebutkan bahwa setiap anak Indonesia berhak untuk belajar. Hal ini mengandung arti bahwa setiap anak adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya dengan beragam bakat dan watak, pengalaman belajar harus menjadi pengaruh yang bersifat personal, bermakna dan beragam. Konsekuensinya bahwa pendidikan kita yang menuju desentralisasi dalam otonomi daerah harus mengacu pada pendidikan mutlikultur.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan pendidikan multikultural  mengisyaratkan bahwa secara individual, siswa sama-sama belajar dengan individu lain dalam suasana saling menghormati, saling, toleransi, dan saling memahami. Walaupun pendidikan multikultural di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya kita harus menghargainya, semoga dunia pendidikan kita lebih maju dan melahirkan generasi yang santun, cerdas serta mampu menghargai, menghormati dan memahami budaya sendiri maupun orang lain. Amin!.

 Sumber bacaan:
1.    Makalah kelompok pada judul yang sama.
2.    Pertanyaan serta jawaban yang telah dirangkum dalam sebuah narasi.
3.    http://www.wahanakebangsaan.org/index.php?option=com_content&task=view&id=45&Itemid=1 Tanggal 26 Desember 2008.

4.    http://www.wahanakebangsaan.org/index.php?option=com_content&task=view&id=42&Itemid=33 Tanggal 26 Desember 2008.

5.    http://www.sampoernafoundation.org/content/view/600/48/lang,id/                   Tanggal 26 Desember 2008.

Kedudukan Hadis

I.       Posisi Hadis dalam Penetapan Hukum


Menjadi kesepakan umat Islam bahwa hadis merupakan sumber kedua hukum Islam.

Kedua sumber tersebut saling terkait satu sama lain dan saling membutuhkan.

Al-Quran membutuhkan sunnah sebagai penjelas dan peraturan pelaksanaannya, dan sunnah membutuhkan legalitas dari al-Quran.

Beberapa orang/kelompok ada yang mengingkari posisi ini,  mereka digolongkan sebagai inkar hadis atau inkar sunnah dan menolak sebagian wahyu, karena sunnah termasuk wahyu.


II.     Posisi Hadis dalam al-Qur’an

Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menjadi landasan untuk memposisikan hadis sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an. Sedangkan fungsi sunnah atau Nabi adalah :

a.   Menjelaskan Kitabullah

بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka   dan supaya mereka memikirkan. (QS. Al-Nahl 16 : 44)

b.    Wajib Meneladani Nabi Muhammad SAW

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab 33 : 21)

c.     Adanya wewenang Nabi untuk membuat aturan

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.

(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Katakanlah : "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-A’raf 7 : 157-158)



III.        Hadis Dalam Hadis

  Beberapa hadis di bawah ini, menjadi dalil posisi hadis itu sendiri :

عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ  وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم يوماً بعدَ صلاةِ الغَدَاةِ مَوْعِظَة بَلِيْغَة ذُرِفَت مِنْهَا اْلعُيُوْنُ وَوُجِلَتْ مِنْهَا اْلقُلُوْبُ فقال رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةٌ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْناَ يا رسول الله قال أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْع وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيْرًا. وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ, فَإِنهَا ضَلاَلَةٌ, فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ  الرَّاشِدِيْنَ اْلمُهْدِيِّيْنَ, عضُّوا عليها بالنواجذ.

Dari ‘Irbad ibn Sariah bercerita bahwa pada suatu hari setelah shalat subuh Rasulullah SAW memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang sangat menyentuh, menjadikan airmata menetes dan hati bergetar. Seorang sahabat bertanya: Sungguh ini adalah nasehat perpisahan, maka apa yang baginda pesankan ?. Rasulullah SAW bersabda: Aku wasiatkan kalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah SWT, mendengar dan taat, meski dipimpin seorang budak dari Habasyah. Dan hindari perkara-perkara yang baru, karena itu menyesatkan. Barangsiapa yang mengalami hal itu, maka hendaklah dia berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa al-Rasyidin, ....[1]



Dalil dari Hadis

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ, لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.

Rasulullah SAW bersabda :

Aku tinggalkan dua hal, kalian tidak akan tersesat selama kalian tetap berpegang teguh dengan keduanya.  Yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi (Hadis).[2]



IV.      Kedudukan Sunnah dalam Hukum Islam

Kedudukan sunnah dalam al-Quran adalah sebagai bayan atas al-Quran. Meski fungsi bayan sunnah atas al-Quran masih terjadi perbedaan pendapat antar ulama, namun perbedaan tersebut dapat dikompromikan. Bentuk bayan tersebut adalah :

1.       Bayan Taqrir

2.       Bayan Tafsir

3.       Bayan Ziyadah atau Bayan Tasyri’

4.       Bayan Naskh atau Bayan Tabdil

Salah satu contoh fungsi sunnah atas al-Qur’an adalah penjelasan Nabi tentang waktu-waktu Shalat. Seperti hadis berikut ini:

حدثنا عبيد الله بن معاذ العنبري حدثنا أبي حدثنا شعبة عن قتادة عن أبي أيوب واسمه يحيى بن مالك الأزدي ويقال المراغي والمراغ حي من الأزد عن عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه وسلم قال وقت الظهر ما لم يحضر العصر ووقت العصر ما لم تصفر الشمس ووقت المغرب ما لم يسقط ثور الشفق ووقت العشاء إلى نصف الليل ووقت الفجر ما لم تطلع الشمس حدثنا زهير بن حرب حدثنا أبو عامر العقدي قال ح و حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا يحيى بن أبي بكير كلاهما عن شعبة بهذا الإسناد وفي حديثهما قال شعبة رفعه مرة ولم يرفعه مرتين



V.      Referensi

1.    Mushthafa al-Siba’i, al-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islami, Mesir: al-Dar al-Qaumiyah, 1966

2.   Abbas Mutawali Hammadah, al-Sunnah al-Nabawiyah wa Makanatuha fi Tasyri’, Mesir: al-Dar al-Qawmiyah, t.t

3. Hashbi al-Siddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1958




[1] Hadis ini sahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, hadis no. 3911; al-Tirmizi, hadis no. 2600; Ibn Majah, hadis no. 42; Ahmad, hadis no. 1621-1622; dan al-Darimi, hadis no. 95. Al-Tirmizi berkata: Hadis ini hasan sahih.

[2] Hadis ini sahih, diriwayatkan oleh Imam Malik, hadis no. 1395; dan Al-Hakim dalam Kitab Al-Mustadrak, hadis no. 306 dan 309.



 Sumber: DVD Hadis dan Ilmu Hadis

Sejarah Hadis Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Masa Nabi Muhammad saw merupakan periode pertama sejarah dan perkembangan hadis. Masa ini cukup singkat, hanya 23 tahun lamanya dimulai sejak tahun 13 sebelum Hijriah atau bertepatan dengan 610 Masehi sampai dengan tahun 11 Hijriah atau bertepatan dengan 632 Masehi.

Saat itu hadis diterima dengan mengandalkan hafalan para sahabat Nabi saw. Para sahabat pada masa itu belum merasa ada urgensi untuk melakukan penulisan hadis-hadis Nabi, mengingat Nabi saw masih mudah untuk dihubungi dan dimintai keterangan-keterangan tentang segala hal yang berhubungan dengan ibdah dan mu'amalah keseharian umat Islam.

Perhatian Rasul Terhadap Ilmu

Rasulullah saw adalah orang yang sangat memperhatikan ilmu. Beliau mengingatkan dengan tegas akan pentingnya menuntut ilmu, dan oleh karena itu menuntut ilmu wajib bagi umat Islam, seperti hadis Rasulullah saw berikut ini:


طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (أخرجه ابن ماجه)



Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang Islam. (Hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah)

Bukan hanya mencari ilmu yang diperintahkan oleh Rasulullah saw, akan tetapi ilmu yang sudah kita terima, juga harus kita sampaikan kepada orang lain. Sebagaimana Hadis Rasulullah saw berikut ini:


أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ. (أخرجه ابن ماجه)



Ingatlah, hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. (Hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah)

Dari hadis di atas jelas diterangkan bahwa orang yang menghadiri majlis ilmu senantiasa menyebarkan ilmu yang ia terima kepada orang lain yang tidak dapat menghadirinya, dalam kata lain adalah orang-orang yang belum mengetahui ilmu yang ia terima. Dalam hadis lain Rasulullah saw juga menjelaskan akan posisi atau status para Ulama (oran-orang yang berilmu), seperti hadis berikut ini :


العُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِياَء



Orang-orang yang berilmu (Ulama) adalah pewaris para Nabi.

Metode Penyampaian Hadis pada Masa Nabi saw

Metode yang digunakan pada masa Nabi saw untuk menyampaikan seuatu hadis atau ajaran Islam adalah sebagai berikut:

    Pengajaran bertahab. Di anatara pusat-pusat pengajaran saat itu adalah Rumah Argam bin Abdi Manaf di Makkah sebagai pusat dakwah Islam saat masih dilakukan secara sembunyi. Rumah tersebut dikenal dengan sebutan Dar al-Islam. Kemudian di Masjid dan diberbagai kesempatan, seperti saat perjalanan, majlis ilmu dan lain-lain.
    Memberikan Variasi. Terkadang Rasulullah saw memperpanjang senggang waktu antara mauidah yang satu dengan mauidhah lainnya agar para sahabat tidak merasa bosan.
    Memberikan contoh praktis.
    Memperhatikan situasi dan kondisi (sesuai kadar intelektual mereka)
    Memudahkan dan tidak memberatkan.

Cara Sahabat Memperoleh Sunnah dari Nabi Muhammad saw

    Majlis-majlis Ilmu.
    Pertemuan-pertemuan umum, seperti ketika haji Wada' dan fath Makkah.
    Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Rasulullah saw.
    Kejadian-kejadian yang terjadi pada kaum muslimin.
    Berbagai peristiwa yang disaksikan oleh sahabat dan bagaimana Rasulullah saw melaksanakannya.
    Para sahabat yang mengekemukakan masalah, bertanya dan berdialog langsung dengan Nabi saw.

Pelarangan Penulisan Hadis

Polemik dibolehkan tidaknya penulisan hadis timbul karena ada beberapa hadis yang mendukung, baik yang memperbolehkan penulisan hadis maupun yang melarang. Hadis pelarangan seringkali diangkat tanpa didampingi dengan hadis pembolehan, oleh sebab itu banyak orang yang salah paham dengan hanya menkaji satu hadis saja. Polemik ini dapat mudah diselesaikan dengan mengkaji hikmah dibalik adanya pelarangan penulisan hadis-hadis Rasulullah saw.

Untuk menganalisa pelarangan penulisan hadis pada zaman Rasulullah saw, sebaiknya kita menilik kembali penyemabarn hadis-hadis pada masa Rasulullah saw.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwasanya hadis-hadis Rasulullah saw tersebar bersamaan dengan turunnya wahyu Ilahi kepada Rasulullah saw sejak awal masa dakwah Islam dimulai. Sedangkan faktor-faktor yang mendukung tersebarnya sunah ke berbagai penjuru, antara lain:

    Kegigihan Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah Islam.
    Kegigihan dan kemauan keras para sahabat dalam menuntut, menghafal dan menyampaikan ilmu.
    Para Ummul Mu'minin dan Sahabiyat.
    Para utusan Rasulullah saw dll.

Sementara itu, Rasulullah pada suatu kesempatan menyampaikan sutau ungkapan yang melarang penulisan hadis-hadis beliau, dan pada kesempatan lain Rasulullah saw memperbolehkan para sahabat menulis apa-apa yang disampaikan Rasulullah saw.

Hadis pelarangan penulisan Hadis sebagai berikut:



عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَكْتُبُوا عَنِّى وَمَنْ كَتَبَ عَنِّى غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوا عَنِّى وَلاَ حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَىَّ فَلْيَتَبَوَّأْ  مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ ».

Dari Abu Sa'id al-Khudri ra. Rasulullah saw bersabda:

Janganlah kalian menulis dariku, dan barang siapa yang menulis dariku selain al-Qur'an maka hendaklah dia menghapusnya. Dan bicarakanlah tentangku tanpa masalah, dan barang siapa yang berbohong atas namaku maka dia sudah mendudukkan kursinya di Neraka. (HR. Muslim, al-Daruqutni dan Ahmad)

Dan hadis yang membolehkan penulisan hadis adalah sebagai berikut:



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضي اللهُ عَنْه أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم خَطَبَ فَذُكِرَ الْقِصَّةَ فِي الْحَدِيْثِ. فَقَالَ أَبُوْ شَاه: اُكْتُبُوا لِى يَا رَسُولَ اللهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: « اكْتُبُوا لأَبِى شَاهٍ »

Dari Abu Hurairah ra. :

Rasulullah saw berkhutbah (pda haji wada') dan menyebutkan sebuat kisah dalam sebuah hadis. Kemudian ada sahabat Abu Syah berkata: Tolong tuliskan untuk saya (apa yang engkau khutbahkan), Wahai Rasulullah saw. Rasulullah saw pun berkata kepada beberapa orang sahabat: Kalian tuliskan untuk Abu Syah. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Solusi Penyelesaian

    Nasikh dan Mansukh. Artinya, hadis pelarangan dihapus hukumnya dengan hadis pembolehan, apalagi hadis pembolehan diperkatakan pada tahun 8 H, ketika Haji Wada'. Namun jika ini dijadikan alasan, Abu Sa'id al-Khudri dikatakan masih tetap enggan menulis sampai akhir hanyatnya. Ada riwayat bahwa Abu Bakar sempat membakar lembaran-lembaran hadis, serta Umar pernah mempunyai gagasan untuk penulisan hadis, namun niatan itu diurungkan setelah melakukan istikharah.
    Mengkompromikan dua Hadis. Rasulullah saw mempunyai dua kebijakan, yaitu pertama: Melarang kalangan umum untuk menulis hadis, karna khawatir bercampur dengan ayat-ayat al-Qur'an. Kedua: Membolehkan beberapa orang sahabat menulis hadis, karena sahabat itu adalah sahabat yang mengerti mana al-Qur'an dan mana Hadis sesuati petunjuk Rasulullah saw.

Dan menurut para Ulama pendapat yang kedua adalah pendapat yang paling tepat.

Akan tetapi ada sebuah pertanyaan, benarkah Rasulullah saw takut tercampurnya antara al-Qur'an dan Hadis? Jika kala itu hadis dibolehkan penulisannya kepada semua orang.

Kekhawatiran ini dibantah oleh Ibn hajar dengan menyatakan bahwa sangat berbeda antara bahasa al-Qura'an dan Hadis. Orang Arab pada masa itu mempunyai cita rasa sastra yang sangat tinggi sehingga dengan mudah untuk membedakan aman ayat-ayat al-Qur'an dan mana Hadis Rasulullah saw.

Wallahu A'lam.

Hikmah

    Ketika Rasulullah saw melarang penulisan hadis, baginda melarangnya untuk mayoritas sahabat, namun untuk orang tertentu Rasulullah saw teteap membolehkannya.
    Salah satu sahabat yang mendapatkan izin adalah Abdullah ibn Amr ibn al-Ash (w. 65 H/685 M).
    Di antara sahabat yang menulis hadis adalah Abdullah ibn Abbas (w. 68 H/687 M), ALi ibn Abi Thalib (w. 40 H/661 M), Sumrah (Samurah) ibn Jundab (w. 60 H), Jabir ibn Abdullah (w. 78 H/697 M) dan Abdullah ibn Abi Auf (w. 86 H)



Sumber: DVD Hadis & Ilmu Hadis, DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA

Unsur hadis adalah Sanad dan Matan.

 

I. Sanad

Sanad adalah rangkaian periwayatan hadis. Seperti gambaran berikut ini:

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari al-Humaidi Abdullah ibn al-Zubair dari Sufyan dari Yahya ibn Sa'id dari Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi dari al-Qamah ibn Waqqas dari Umar ibn al-Khattab dari Rasulullah saw.

Urgensi Sanad dalam Hadis

Dalam hadis, kritik sanad termasuk kajian yang mendapat perhatian lebih dari para kritikus hadis, bahkan sejak zaman Nabi, dan hal itu berjalan sampai sekarang.
Pada zaman Nabi, diantaranya dengan cara Nabi menyebutkan bahwa beliau mendapat hadis dari Malaikat Jibril as.
Contoh dari sahabat yaitu dengan cara sahabat yang satu menanyakan kepada sahabat yang lain dari mana mendapatkan hadis tersebut.
Adapun urgensitas sanad tersebut adalah karena :

    Hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam
    Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi
    Munculnya pemalsuan hadis
    Proses penghimpunan hadis yang cukup lama

Keshahisan Sanad Hadis

Dalam hadis, tidak semua perawi yang meriwayatkan hadis dikategorikan shahih dan periwayatannya diterima, karena mereka ada juga yang mempunyai cacat.
Adapun syarat sanad hadis bisa diterima, jika memenuhi syarat sebagai berikut :

    Sanadnya bersambung
    Periwayat bersifat adil
    Periwayat bersifat dhabit
    Terhindar dari syadz
    Terhindar dari ‘Illat

Mengapa ada Hadis yang Shahih dan Dha'if

Keshahihan hadis dilihat dari kekuatan sanad dan kebenaran matan.
Konsep Kekuatan sanad dilihat dari kredibilitas pera perawinya dan kesinambungan jalurnya.
Konsep Kebenaran matan dilihat dari kemungkinan bahwa itu adalah perkataan seorang Nabi.

Riwayat Penguat

Dalam sebuah hadis, ada permasalahan bahwa hadis tersebut mempunyai kualitas yang lemah, bisa jadi karena hanya diriwayatkan oleh seorang perawi.

Kondisi tersebut bisa meningkat kualitasnya, dengan adanya riwayat penguat yaitu : Status Mutaba'ah, Syawahid dan Mahfudz.

1. Pengertian Mutaba'ah

Ada yang menyamakan Mutabi’ dengan syahid, tetapi ada juga yang membedakan. Adapun yang membedakannya mendefinisikan
pengertian mutaba’ah atau mutabi’ adalah suatu riwayat yang mengikuti periwayatan orang lain dari guru yang terdekat atau gurunya guru. Atau dengan pengertian hadis mutabi’ adalah hadis yang diriwayatkan oleh periwayat lebih dari satu orang dan terletak bukan pada tingkat sahabat Nabi.
Riwayat mutabi’ biasanya berada pada tingkat tabi’in, oleh karenanya disebut dengan mutabi’ kalau penguat tersebut ada pada tabi’in.
Mutabi’ di sini biasanya menjadi penguat bagi riwayat hadis lain yang kurang kuat.

Pembagian Mutaba'ah, Riwayat mutabi’ terbagi menjadi dua macam, yaitu :

    Mutabi’ tam, yaitu apabila periwayat yang lebih dari satu orang itu menerima hadis tersebut dari guru yang sama. Atau apabila periwayatan mutabi’ itu mengikuti periwayatan guru (mutaba’a) dari yang terdekat sampai guru yang terjauh.
    Mutabi’ Qashr, yaitu apabila para periwayat tersebut menerima hadis itu dari guru yang berbeda-beda atau apabila periwayatan mutabi’ itu mengikuti periwayatan guru yang terdekat saja, tidak sampai mengikuti gurunya guru yang jauh sama sekali.

2. Pengertian Syawahid

Riwayat syawahid adalah riwayat lain yang diriwayakan dengan cara meriwayatkannya dengan sesuai maknanya.
Ada yang mendefinisikan, syahid adalah hadis yang periwayat di tingkat sahabat Nabi terdiri dari lebih seorang.
Syawahid ini pada intinya juga sebagai riwayat penguat atas riwayat yang lain, tetapi biasanya penguat tersebut ada pada tingkat sahabat.

Syawahid ini terbagi menjadi dua, yaitu :

    Syahid bi al-Lafdz, yaitu apabila matan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain sesuai dengan redaksi  dan maknanya dengan hadis yang dikuatkan.
    Syahid bi al-makna, yaitu apabila matan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain, namun hanya sesuai dengan maknanya secara umum.

3. Pengertian Mahfudz

Mahfudz adalah suatu riwayat yang mempunyai ketersambungan sampai pada Nabi.
Mahfudz bisa masuk dalam kategori sanad dan matan.
Riwayat mahfudz adalah kebalikan dari riwayat yang mengandung syadz, oleh karenanya bisa dijadikan sebagai penguat dari syadz itu sendiri.



Sumber: DVD Hadis & Ilmu Hadis.